Mohon tunggu...
Elmira VaniaFandi
Elmira VaniaFandi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Teknologi Sains Data Universitas Airlangga

Mahasiswa S1 Teknologi Sains Data Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Media Sosial Mengganggu Kesehatan Mental Remaja? Mitos atau Fakta

3 Juni 2022   11:03 Diperbarui: 3 Juni 2022   11:11 734
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Media sosial kini merupakan barang yang tak bisa lepas dari masyarakat. Seiring dengan majunya perkembangan teknologi dan informasi, cara manusia berkomunikasi antar satu sama lain pun juga terkena dampak dari perkembangan tersebut. 

Media sosial menjadi perantara komunikasi dan penyebaran informasi yang mudah dan praktis. Kini semakin banyak aplikasi dan jenis media sosial yang muncul dan berlomba -- lomba menawarkan fitur terkini kepada penggunanya. 

Penggunaan media sosial sendiri juga beragam, ada yang menjadikan media sosial sebagai sumber hiburan, sarana menyuarakan pendapat, menyebarkan informasi dan lain-lain.

Di satu sisi media membawa dampak positif, seperti mengasah keterampilan berkomunikasi, berbagi ide, dan mengungkapkan pemikiran, media sosial juga memiliki dampak negatif. Salah satunya adalah media sosial dapat memberi dampak negatif terhadap kesehatan mental seseorang, terutama remaja. 

Menurut laporan 2021 yang dikeluarkan oleh Hootsuite (We are Social), Indonesia dengan total populasi 274,9 juta memiliki 170 juta pengguna media sosial aktif (61,8 % dari jumlah populasi di Indonesia). 

Dimana mayoritas pengguna media sosial adalah kelompok usia 18-34 tahun. Menurut laporan dari National Institute of Mental Health (NIMH) remaja usia 18-25 tahun memiliki resiko yang lebih tinggi mengalami gangguan mental dibandingkan dengan kelompok usia 26-49 tahun dan kelompok usia 50 tahun ke atas.

Hasil penelitian (O'Reilly et al., 2018) menunjukkan bahwa media sosial dapat mengganggu kesejahteraan mental remaja dengan tiga tema utama yakni penggunaan media sosial diyakini dapat menyebabkan gangguan suasana hati dan kecemasan, media sosial dipandang sebagai platform untuk cyberbullying, dan penggunaan media sosial dapat mengakibatkan kecanduan. 

Selain itu, penggunaan media sosial juga dikaitkan dengan gangguan kesehatan mental seperti stress, kecemasan, depresi, dan kesepian (Bashir & Bhat, 2017).

Mari kita bahas beberapa masalah kesehatan mental akibat media sosial tersebut.

  • Kecemasan

Kecemasan adalah perasaan khawatir, gelisah, cemas, dan takut yang muncul secara bersamaan, yang kadang disertai dengan reaksi pada tubuh seperti jangtung berdebar-debar. Kecemasan dapat muncul dari kekhawatiran yang memang nyata maupun hanya sekedar imajinasi. 

Kecemasan akibar media sosial diakibatkan dari keinginan untuk mengekspresikan diri yang tidak realistis dan ingin mencapai kesempurnaan yang tidak mampu dicapai oleh diri, sehingga menimbulkan kecemasan (Rosmalina & Khaerunnisa, 2021).

  • Depresi.

Kini media sosial menjadi tempat bagi orang-orang untuk memamerkan kegiatan dan barang yang dimilikinya. Hal tersebut dapat memicu rasa iri pada orang lain yang melihat postingan tersebut. 

Rasa iri ini dapat mengakibatkan munculnya depresi, stress, kesepian dan perasaan tertekan bagi orang lain. Selain itu cyberbullying dan interaksi negatif dalam media sosial juga dapat mengakibatkan depresi.

  • Kesepian.

Sejatinya interaksi dan komunikasi dalam media sosial hanya berupa virtual, dimana pengguna tidak bertemu secara langsung. Di satu sisi hal ini merupakan hal positif, karena pengguna tidak terhalang jarak dalam berinteraksi. Namun di sisi lain, hal ini dapat mengakibatkan rasa kesepian karena kita kurang berinteraksi di kehidupan nyata. 

Selain itu rasa kesepian dapat bersumber dari melihat postingan orang lain. Dimana hal tersebut dapat membuat kita membandingkan diri dengan orang lain dan merasa terasingkan.

  • Kecanduan

Kecanduan media sosial merupakan gangguan psikologis di mana penggunanya menghabiskan banyak waktu untuk mengakses media soial yang disebabkan oleh rasa ingin tahu yang tinggi, kurangnya kontrol diri, serta kurangnya kegiatan produktif di kehidupannya (Lestari & Winingsih, 2020)

Kecanduan media sosial disebabkan oleh rasa khawatir tertinggal informasi atau tren terkini, yang juga dikenal dengan Fear of Missing Out (FOMO). Remaja merasakan tekanan untuk menjadi yang pertama dalam mengetahui dan mengikuti tren terbaru, sehingga mengakibatkan penggunaan media sosial secara terus menerus di setiap kondisi.

Hal-hal yang dapat dilakukan dalam mencegah dan menjaga kesehatan mental dalam menggunakan media sosial antara lain :

  • Bijak dalam menggunakan media sosial.

Gunakanlah media sosial, baik sebagai sarana komunikasi, ekspresi karya, penyebaran informasi, dengan baik, positif, dan sesuai dengan etika dalam bermedia sosial. Jangan mudah percaya dengan informasi yang tersebar dan jangan mudah membagikan informasi pribadi di media sosial.

  • Strategi regulasi emosi yang baik.

Dengan mengenali diri dan proses emosi dalam diri kita, kita dapat membentuk strategi regulasi emosi yang baik. Strategi regulasi yang baik artinya kita dapat menafsirkan rangsangan dan mengendalikan perilaku emosional. 

Strategi tersebut nantinya akan bermanfaat ketika kita dihadapkan dengan kondisi atau ekspresi dari orang lain, terutama hal negatif. Kita menjadi lebih bijak dalam menanggapi hal negatif di media sosial.

  • Membatasi waktu menggunakan media sosial.

Penelitian menunjukkan orang yang menghabiskan lebih sedikit waktu di media sosial memiliki tingkat depresi dan rasa kesepian yang lebih rendah. 

Pembatasan waktu menjadikan pengguna menghabiskan lebih banyak waktu berinteraksi dan fokus dengan lingkungan sekitar. Sehingga pengguna tidak banyak terekspos melihat postingan orang lain, yang merupakan sumber rasa depresi dan kesepian.

  • Melakukan kegiatan positif.

Gunakanlah media sosial untuk kegiatan yang positif, bermanfaat, dan sesuai dengan kebutuhan. Sehingga tidak ada rasa sia-sia dan merasa bersalah setelah menghabiskan waktu untuk bermedia sosial. Perencanaan yang baik dalam penggunaan media sosial juga dapat meminimalisir pemborosan waktu dalam bermedia sosial dan memaksimalkan penggunaan media sosial.

Apakah media sosial membawa dampak baik dan buruk sesungguhnya kembali kepada penggunanya. Jika penggunanya dapat mengendalikan diri dalam menggunakan media sosial serta memiliki strategi yang baik dalam menggunakan media sosial, maka pengguna akan mendapat manfaat yang maksimal dari media sosial dan meminimalisir dampak negatif yang didapat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun