Mohon tunggu...
Elma RizkyH
Elma RizkyH Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Nature

Strategi Pengelolaan Perikanan di 2 Sungai

17 Mei 2018   07:10 Diperbarui: 17 Mei 2018   07:18 932
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PENDAHULUAN 

Sungai Serkap dan perairan paparan banjiran memiliki peranan penting dibidang ekologi dan ekonomi. Sungai Serkap sebagai sumber plasma nutfah ikan-ikan air tawar perairan asam dan sebagai sumber mata pencaharian masyarakat. Sungai Serkap memiliki potensi sumberdaya ikan yang besar dan beranekaragam (Elvyra et al., 2010), ditemukan tidak kurang dari 47 jenis ikan air tawar yang sebagian besar merupakan ikan ekonomis penting (Anonimous, 2010). 

Selain memiliki sumberdaya ikan tersebut, Sungai Serkap merupakan habitat ikan merah (Pectenocyprissp), ikan arwana kuning (Scleropages formosus) dan labi-labi (Amyda cartilagynea). Sedangkan perairan paparan banjiran sebagai daerah pemijahan, asuha dan pembesaran bagi berbagai jenis ikan (Welcomme, 1979; Bayley, 1995; Sparks, 1995; Crain et al., 2004). 

Sebagai daerah pembesaran ikan, paparan banjiran mampu menyediakan invertebrata yang berlimpah sebagai makanan (Holland & Huston, 1985), daerah perlindungan ikan dari perubahan suhu yang ekstrim dan arus air yang kuat (Holland 1986) serta daerah perlindungan ikan dari pemangsaan (Paller, 1987). Secara ekonomi perairan paparan banjiran berperan besar dalam menghasilkan sumberdaya ikan yang berlimpah dan merupakan komponen penting dalam menghasilkan produksi ikan dalam skala luas (Galat et al., 2004).  

Untuk mencegah terjadinya penurunan sumberdaya perikanan diperlukan pengelolaan secara lestari yang berdasarkan aspek bioekologi ikan di Lubuk Lampam. Pola pengelolaan perairan paparan banjiran di Sumatera Selatan belum terintegrasi dan masih dilakukan secara partial dan sektoral (Muthmainnah et al., 2012).

KARAKTERISTIK EKOSISTEM 

Sungai Serkap 

Kawasan hutan rawa gambut Semenanjung Sungai Kampar merupakan salah satu hamparan hutan rawa gambut terbesar yang masih tersisa di Sumatera. Areal hutan rawa gambut di Provinsi Riau, mengandung potensi sekitar 16,9 miliar ton karbon. Jenis habitat yang terdapat di Semenanjung Kampar: 1) danau; 2) danau umum/lain: garis pantai, hutan; 3) kawasan sungai: hutan; 4) kawasan sungai hilir: berair terus; 5) rawa tanpa gambut: hutan; 6) rawa gambut (tfcasumatera 2014).

Sungai Serkap terdiri dari empat tipe sub ekosistem perairan antara lain:

i) Hutan rawa, bagian perairan yang banyak ditumbuhi oleh vegetasi atau pohon-pohon yang besar (hutan lebat). Pada musim penghujan hutan rawa akan digenangi air, sedangkan pada musim kemarau akan kering. Hutan rawa di Sungai Serkap tersebar disepanjang sungai mulai dari hulu hingga ke hilir namun kondisinya saat ini rusak akibat penebangan liar.

ii) Danau rawa, badan air yang luas dikelilingi oleh daratan. Danau rawa yang terdapat di Sungai Serkap adalah Danau Tasik Besar dengan sumber air berasal dari rawa disekitar danau tersebut, air danau kemudian mengaliri Sungai Serkap sepanjang tahun.

iii) Rawa banjiran, merupakan bagian dari sungai yang tergenang pada musim penghujan dan kering pada saat musim kemarau. Rawa banjiran dapat ditemui disepanjang Sungai Serkap yang banyak ditumbuhi oleh vegetasi rumput-rumputan.

iv) Sungai utama, merupakan tipe sub ekosistem yang dialiri air dan tidak kering sepanjang tahun. Sungai utama banyak ditutupi vegetasi bakung dan pandan berduri ditepi sungai.

Paparan Banjiran 

Ekosistem Lubuk Lampam terdiri dari lebak kumpai, hutang rawa, sungai utama dan lebung- lebung yang merupakan habitat bagi berbagai jenis ikan. Menurut Samuel (2008) bahwa perairan Lubuk Lampam memiliki luas 1.200 ha terdiri dari: lebak kumpai merupakan areal yang terluas 965 ha, disusul areal hutan rawang 213 ha, sungai utama (batanghari) 18 ha dan lebung-lebung 4 ha. Samuel (2008) membagi perairan paparan banjiran Lubuk Lampam menjadi empat tipe sub ekosistem yang meliputi :

  • Hutan rawa, bagian perairan yang banyak ditumbuhi oleh vegetasi atau pohon-pohon yang besar (hutan lebat). Pada musim penghujan hutan rawa akan digenangi air sedangkan pada musim kemarau akan kering.
  • Lebak Kumpai, bagian perairan yang banyak ditumbuhi oleh tumbuhan air terutama jenis kumpai (Graminae). Sama halnya dengan hutan rawa, ketika musim hujan bagian perairan ini akan tergenang air tetapi sebaliknya pada musim kemarau akan kering.
  • Lebung dan lubuk, merupakan tipe sub ekosistem yang terletak di dalam areal rawang dan lebak kumpai. Lebung dan lubuk merupakan bagian perairan yang sepanjang tahun tidak kering. Lebung dan lubuk merupakan dua tipe sub habitat penting pada tipe perairan paparan banjir, dikarenakan kedua habitat tersebut merupakan tempat perlindungan dan penyelamatan ikan-ikan ekonomis penting tertentu pada saat datangnya musim kemarau.
  • Sungai utama, merupakan tipe sub ekosistem yang dialiri air dan tidak kering sepanjang tahun. Sungai ini terdiri dari bagian-bagian yang dalam disebut "lubuk" dan bagian-bagian yang agak dangkal disebut dengan istilah "rantau".

KARAKTERISTIK SUMBERDAYA PERIKANAN

Sungai Serkap 

  • Keanekaragaman Jenis Ikan
  • Sungai Serkap memiliki sumberdaya ikan yang unik dan beragam. Jumlah jenis ikan di Sungai Serkap pada tahun 2010 ditemukan sebanyak 47 jenis yang sebagian besar merupakan ikan perairan asam (Anonimous 2010).
  • Aktivitas Penangkapan

Tekanan aktivitas penangkapan di paparan banjir cenderung meningkat. Bahkan sebagian besar sumberdaya ikan di perairan umum daratan dieksploitasi pada tingkat atau di atas maksimum tangkapan lestari (Revenga & Kura 2003). Waktu penangkapan berlangsung pada saat musim air besar (penghujan) Oktober-Mei, dengan puncak penangkapan pada bulan November-Januari. Pada saat musim kemarau yaitu bulan Juni-September sebagian besar masyarakat tidak melakukan aktifitas penangkapan.

Paparan Banjiran 

  • Keanekaragaman Jenis Ikan

Perairan Lubuk Lampam memiliki sumberdaya ikan yang beragam. Jumlah jenis ikan di Lubuk Lampam pada tahun 2013 ditemukan sebanyak 22 famili terdiri 63 jenis. Ikan dengan kelimpahan yang tinggi ditemukan sebanyak 23 jenis, kelimpahan sedang sebanyak 30 jenis dan sedikit 10 jenis. Sebagian besar jenis ikan yang ditemukan merupakan famili Cyprinidae sebanyak 24 jenis. Keragaman dan komposisi jenis ikan di Lubuk Lampam mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Makmur (2008) menyatakan pada tahun 1992 jumlah jenis ikan di Lubuk Lampam ditemukan sebanyak 63 jenis dan 19 famili, namun tahun 2008 ditemukan hanya 48 jenis sedangkan Muflikhah et al., (2012) menemukan sekitar 62 jenis ikan. Walaupun sumberdaya perikanan di Lubuk Lampam masih tinggi, namun ada beberapa jenis ikan yang sudah hilang dari perairan.

  • Pemijahan Ikan-Ikan di Paparan Banjiran

Ikan-ikan di perairan paparan banjiran sebagian besar memijah pada waktu musim penghujan. Ketika musim penghujan terjadi peningkatan muka air sungai sehingga air sungai melimpah ke perairan rawa sekitarnya. Pada saat tersebut ikan-ikan sungai akan melakukan migrasi ke rawa untuk melakukan pemijahan. Sebagian besar ikan-ikan yang hidup di sungai dan rawa sangat tergantung dengan keberadaan tumbuhan air. Waktu pemijahan ikan merupakan informasi penting dalam upaya penangkapan ikan, jika penangkapan dilakukan pada saat musim pemijahan maka kegagalan ikan dalam proses recruitment akan semakin besar begitu pula sebaliknya.

  • Aktifitas Penangkapan dan Produksi Ikan

Paparan banjiran merupakan ekosistem yang memiliki potensi sumberdaya ikan yang paling produktif. Keanekaragaman jenis ikan menyebabkan bervariasinya sistem penangkapan ikan di wilayah tersebut (Moss 1998). Tekanan aktivitas penangkapan di paparan banjir cenderung meningkat. Bahkan pada sebagian besar sumberdaya ikan di perairan umum daratan dieksploitasi pada tingkat atau di atas maksimum tangkapan lestari (Revenga & Kura 2003). Penangkapan ikan di Lubuk Lampam berlangsung sepanjang tahun dengan target spesies dan penggunaan alat tangkap berbeda-beda setiap bulannya. Namun, puncak musim penangkapan terjadi pada musim kemarau bulan Juni- Agustus yang memberikan hasil tertinggi sedangkan pada musim penghujan Desember-Februari hasil tangkapan minimal.

PEMANFAATAN DAN PERAN SUMBERDAYA IKAN SUNGAI SERKAP 

Sumberdaya ikan di Sungai Serkap sebagian besar dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan pangan dan telah dimanfaatkan oleh masyarakat secara turun temurun yang telah berlangsung dalam waktu yang cukup lama.

STATUS SUMBERDAYA IKAN

Sungai Serkap

  • Ikan Endemik
  • Suatu areal dengan keanekaragaman jenis yang relatif rendah, masih mempunyai kontribusi yang penting pada keanekaragaman jenis di suatu kawasan yang lebih luas bila di areal tersebut terdapat sejumlah jenis yang endemik. Keberadaan ikan merah (Pectenocypris sp) diduga merupakan ikan endemik Tasik Besar karena hanya ditemukan dilokasi tersebut.
  • Ikan Langka
  • Tingginya eksploitasi jenis ikan tertentu di Sungai Serkap menyebabkan beberapa jenis ikan air tawar semakin langka bahkan ada yang punah. Tingginya aktifitas penangkapan ini tidak dibarengi dengan upaya konservasi dan pelestarian ikan-ikan tersebut sehingga menyebabkan beberapa jenis jumlahnya menurun tajam dan sulit ditemukan lagi. Biasanya ikan yang masuk status langka mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi baik sebagai ikan konsumsi.
  • Ikan Hias
  • Pemanfaatan ikan rawa gambut sebagai ikan hias masih belum optimal dilakukan. Pada hal jenis ikan yang ada sangat beragam dan unik sehingga dapat dimanfaatkan sebagai ikan hias air tawar.

Paparan Banjiran 

Pengelolaan perikanan di Sumatera Selatan termasuk Lubuk Lampam melalui sistem lelang lebak lebung. Tujuan utama dari lelang lebak lebung adalah untuk meredam konflik perebutan perairan, dan juga sebagai pendapatan asli daerah (PAD). Sistem lelang lebak lebung ini pada hakekatnya melelang perairan kepada individu atau kelompok masyarakat dengan harga tertentu dan pemenangnya berhak untuk mengelola perairan lebak lebung terutama sumberdaya ikan yang terdapat didalamnya dalam waktu yang telah ditentukan (1 tahun). Para pemenang lelang berhak memanfaatkan sumberdaya ikan yang terdapat didalam lebak lebung. Jika dilihat dari tujuannya sistem lebak lebung jelas akan menguntungkan pemerintah daerah karena memberikan pemasukan keuangan berupa  PAD.

PERMASALAHAN PENGELOLAAN PERIKANAN

Sungai Serkap 

Walaupun ekosistem perairan Sungai Serkap masih alami namun aktifitas manusia disekitarnya dapat mengancam kualitas lingkungan dan kelestarian sumberdaya ikan di sungai tersebut. Hasil identifikasi dilapangan ada beberapa faktor yang dapat mengancam kelestarian sumberdaya ikan, antara lain:

  • Pembalakan liar disinyalir penyebab menurunnya luasan hutan rawa dilokasi Sungai Serkap. Mawardi (2007) menyatakan bahwa pembukaan lahan gambut dapat menimbulkan dampak menurunnya produksi di sektor perikanan tangkap.
  • Kebakaran hutan merupakan salah satu masalah yang sangat serius di lahan gambut Provinsi Riau hingga saat ini. Dampak kebakaran hutan selain menyebabkan pencemaran udara juga menyebabkan musnahnya vegetasi hutan rawa sehingga hutan rawa yang berfungsi sebagai spawning ground akanmenurun.
  • Penutupan kanal atau anak-anak sungai. Untuk menguranginya masyarakat menutup secara permanen kanal atau anal-anak sungai disepanjang Sungai Serkap, penutupan ini menyebabkan terganggunya jalur migrasi ikan saat musim pemijahan dari sungai ke rawa banjiran.
  • Penangkapan pada musim pemijahan. Pada waktu tersebut seharusnya nelayan tidak melakukan penangkapan ikan atau jika melakukan penangkapan harus dilakukan diluar daerah pemijahan.
  • Eksploitasi jenis ikan tertentu terutama yang mempunyai nilai ekonomis tinggi seperti tapa, selais, baung, belida dan arwana kuning. Eksploitasi ini tidak dibarengi upaya pelestarian dan pembatasan upaya penangkapannya.

Belum adanya reservat atau suaka perikanan di Sungai Serkap. Suaka perikanan ini berfungsi sebagai daerah perlindungan ikan sehingga ikanikan dapat berkembang biak dengan baik

Paparan Banjiran 

Sumberdaya perikanan di Lubuk Lampam mengalami penurunan yang sangat tajam yang disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:

  • Alih fungsi lahan untuk perkebunan kelapa sawit. Pembukaan perkebunan ini menyebabkan luas perairan lebak kumpai dan hutan rawang menurun tajam. Luas perairan berkorelasi positif dengan produksi perikanan, dengan berkurangnya luas tersebut maka menyebabkan produksi ikan menurun.
  • Penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan. Salah satu contoh adalah alat tangkap tuguk, merupakan alat tangkap yang dipasang memotong kanal-kanal atau anak sungai sehingga memutus ruaya ikan. Alat tangkap ini dipasang saat air mulai naik dan air mulai surut. Ketika air mulai naik, banyak ikan-ikan dewasa yang beruaya untuk melakukan pemijahan di rawa atau hutan rawang terperangkap, sehingga kebanyakan ikan yang tertangkap sudah matang gonad.
  • Waktu penangkapan yang dilakukan sepanjang tahun. Penangkapan ikan dilakukan dengan menggunakan berbagai jenis alat tangkap. Pada saat air mulai naik hingga banjir maksimal (Oktober-Februari), masyarakat masih melakukan penangkapan. Periode bulan tersebut merupakan puncak dalam perkembangbiakan ikan. Pada periode tersebut sebagian besar ikan-ikan sudah matang gonad dan siap untuk memijah dan pada waktu tersebut seharusnya nelayan tidak melakukan penangkapan di perairan tersebut atau jika melakukan penangkapan harus dilakukan diluar daerah pemijahan.
  • Penggunaan pestisida. Penggunaan pestisida rutin dilakukan oleh perusahan perkebunan kelapa sawit di sekitar Lubuk Lampam. Dampak serius dari penggunaan ini adalah tercemarnya perairan yang menyebabkan kematian ikan dalam jumlah besar dan akumulasi pestisida di dalam tubuh ikan.

STRATEGI PENGELOLAAN PERIKANAN

Sungai Serkap 

1. Penetapan Suaka Perikanan

Untuk melindungi sumberdaya ikan di Sungai Serkap pengembangan suaka perikanan harus dilakukan secepatnya agar ikan-ikan dapat dilindungi.

2. Melakukan Rehabilitas Hutan Rawa

Sungai Serkap memiliki empat tipe sub ekosistem yaitu hutan rawa, rawa gambut, danau dan sungai. Hutan rawa saat ini telah mengalami penurunan luas akibat penebangan liar.

3. Penetapan Waktu dan Lokasi Penangkapan

Waktu dan lokasi penangkapan perlu diperhatikan dengan baik, terutama saat ikan akan melakukan pemijahan. Di sungai penangkapan masih diperbolehkan dengan menggunakan alat tangkap yang selektif seperti pancing, rawai dan bubu.

4. Re-stocking Ikan Arwana Kuning

Keberadaan ikan arwana kuning di Sungai Serkap sudah tidak ditemukan lagi. Secara ekologi keberadaan arwana kuning sangat penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem dan secara ekonomi ikan ini mempunyai nilai jual yang sangat mahal. Untuk mengembalikan keberadaannya perlu dilakukan re-stocking ikan arwana kuning.

5. Pengembangan co-management

Salah satu bentuk pengelolaan perikanan yang berkesinambungan dengan melibatkan masyarakat secara aktif agar sumberdaya alam dapat diamanfaatkan sebesar-besarnya untuk masyarakat. Salah satu bentuk pengelolaan tersebut adalah sistem co-management. Dengan co-management dimungkinkan secara adaptif untuk dapat menyeimbangkan kepentingan masyarakat dan swasta sebagai pengguna dengan pemerintah dan lembaga otoritas suatu perairan umum sebagai pengelola.

Paparan Banjiran

Saat ini kondisi perairan Lubuk Lampam semakin terancam akibat aktifitas penangkapan dan perkebunan di sekitarnya. Untuk menjaga kelestarian dan keberlanjutan usaha perikanan tangkap di masa mendatang maka diperlukan beberapa opsi pengelolaan. Beberapa opsi/langkah-langkah pengelolaan perikanan yang dapat dilakukan adalah:

Rehabilitasi habitat Lubuk Lampam

  • Perairan Lubuk Lampam memiliki empat tipe sub ekosistem yaitu hutan rawang, lebak kumpai, lebung dan sungai. Lubuk Lampam memiliki > 7 buah lebung dengan luas 4 ha (Samuel, 2008) diantaranya Lebung Bandung, Rimbo Lumut, Bedeng, Temeras, Timbun Gelam, Buatan dan Proyek. Praktis saat ini hanya lebung proyek dengan luas 0.2 ha saja yang masih berfungsi baik dan selebihnya sudah hilang akibat sedimentasi dan tertimbun rerumputan. Lebak kumpai secara umum kondisinya baik namun sebagian telah mengalami perubahan menjadi perkebunan sawit.

Penetapan waktu dan lokasi penangkapan 

  • Sebaiknya waktu penangkapan ikan yang dilarang pada saat air mulai naik hingga air banjir maksimal yaitu bulan November-Februari karena sebagian besar ikan-ikan paparan bajir melakukan pemijahan pada bulan tersebut. Pada bulan November-Februari lokasi penangkapan yang dilarang yaitu sepanjang kanal-kanal perairan yang menghubungkan sungai dan rawa, lebung proyek, suak buayo dan sebagian besar lebak kumpai. Di sungai  penangkapan masih diperbolehkan dengan menggunakan alat tangkap yang selektif seperti pancing, rawai dan bubu.

Penentuan jenis alat tangkap yang diperbolehkan 

  • Jenis alat tangkap yang boleh digunakan di daerah ini adalah alat tangkap yang selektif dan tidak mengganggu ruaya ikan, sedangkan alat tangkap yang dilarang adalah tuguk. Menurut Utomo (2001); Pramoda & Nasution (2011), tuguk memiliki dampak serius dalam keberlanjutan sumberdaya ikan karena sistem pengopersiannya dengan cara memotong migrasi ikan. Sehingga ikan-ikan yang akan bermigrasi untuk memijah atau mencari makan akan terhalang. Selain itu, penggunaan electrik fishing dan racun untuk menangkap juga dilarang karena dapat membunuh ikan-ikan yang berukuran kecil hingga besar.

Rehabilitasi kawasan reservat

  • Perairan Lubuk Lampam memiliki 3 kawasan reservat yang masih aktif seperti Suak Buayo dan Kapak Hulu. Kedua reservat ini berfungsi sebagai pemasok benih di perairan sekitarnya. Saat ini kondisi reservat tersebut telah mengalami penurunan luas dan pendangkalan.

Menerapkan Peraturan Daerah (PERDA) 

  • Ogan Komering Ilir (OKI) No. 18/2010 tentang Pengelolaan Lebak, Lebung, dan Sungai. Peraturan Daerah Ogan Komering Ilir (OKI) No. 18/2010 Bab VII Pasal 25 ayat 8 yang berbunyi "setiap orang dilarang melakukan kegiatan penangkapan ikan dengan menggunakan alat penangkapan ikan yang menurut peraturan Perundang-Undangan dilarang untuk digunakan pada areal lebak, lebung dan sungai".

KESIMPULAN

Sungai Serkap 

Pemanfaatan sumberdaya ikan di Sungai Serkap sebagian besar masih digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan. Namun bebarapa tahun terakhir pemanfaatan sumberdaya ikan di perairan Sungai Serkap, telah menyebabkan kerusakan lingkungan dan menipisnya sumberdaya perikanan. Akibat tingginya masyarakat nelayan mengeksploitasi sumberdaya ikan terutama yang bernilai ekonomis. 

Untuk menjamin keberlanjutan sumberdaya perikanan di masa mendatang diperlukan langkah-langkah pengelolaan sebagai berikut: (1) penetapan suaka perikanan, (2) rehabilitasi hutan rawa, (3) penetapan waktu dan lokasi penangkapan ikan, (4) re-stocking ikan arwana kuning dan (5) pengembangan comanagemen.

Paparan Banjiran 

Perairan Lubuk Lampam telah mengalami degradasi akibat aktifitas manusia seperti alih fungsi lahan untuk perkebunan, intensitas penangkapan yang tinggi dan penggunaan alat tangkap yang merusak seperti tuguk. Untuk menjamin keberlanjutan sumberdaya perikanan di masa mendatang diperlukan langkah-langkah pengelolaan sebagai berikut: (1) Rehabilitasi habitat seperti penanaman kembali pada hutan rawang, lebak kumpai dan menggali lebung- lebung yang tertimbun rumput, (2) Penetapan waktu pelarangan menangkap ikan (bulan November- Februari) dan lokasi penangkapan ikan yang dilarang meliputi sepanjang kanal-kanal perairan yang menghubungkan sungai dan rawa, lebung proyek dan suak buayo, (3) Melarang penggunaan alat tangkap tuguk, (4) Rehabilitasi kawasan reservat melalui penataan dan perluasan kawasan Lebung Proyek, Suak Buayo dan Kapak Hulu dan (5) Menerapkan Peraturan Daerah Ogan Komering Ilir No. 18/2010 tentang Pengelolaan Lebak, Lebung, dan Sungai.

DAFTAR PUSTAKA

 

Anonimous. 2010. Ringkasan Laporan Penilaian Kawasan Dengan Nilai Konservasi Tinggi Di Semenanjung Kampar. https://raflis.files.wordpress.com/2010/05/publicsummary-final1.pdf. Diunduh tanggal 9 Oktober 2015.

Bayley, P. B. 1995. Understanding large river-floodplain ecosystems. Bioscience 45:153--158.

Crain, P. K; K. Whitener & P. B. Moyle. 2004. Use of a Restored Central California Floodplain by Larvae of Native and Alien Fishes. American Fisheries Society Symposium 39:125--140.

Elvyra, R; Solihin, D. D; Affandi, A & Junior, Z. 2010. Kajian Aspek Reproduksi Ikan Lais Ompokhypophthalmus di Sungai Kampar, Kecamatan Langgam, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Jurnal Natur Indonesia. 12(2): 117-123.

Galat, D.L; G. W. Whitledge; L. D. Patton & J. Hoker. 2004. Larval Fish Use Of Lower Missouri River Scour Basins In Relation To Connectivity. Final Report to Missouri Department of Conservation Conservation Research Center 1110 S. p. 84.

Holland, L. E., & M. L. Huston. 1985. Distribution and food habits of fishes in a backwater lake of the upper Mississippi River. Journal of Freshwater Ecology 3:81--91.

Mawardi, I. 2007. Rehabilitasi dan Revitalisasi Eks Proyek Pengembangan Lahan Gambut di Kalimantan Tengah. Jurnal Teknik Lingkungan Vol. 8 (3): 287-297.

Moss, B. 1998. Ecology of Freshwaters. Man and Medium, Past and Future. Third Edition. Oxford: Blackwell Science. Ltd.

Muflikhah, N; A. K. Gaffar; E. Prianto; Y.C. Ditya; M. Marini, Burnawi & Mersi. 2012. Dinamika dan Pemanfaatan Sumberdaya Ikan sebagai Komponen Permodelan Pengelolaan Perikanan di Rawa Banjiran Sumatera Selatan. Laporan Teknis Penelitian. Balai Penelitian Perikanan Perairan Umum. 70 hal.

Muthmainnah, D; Z. Dahlan; R. H. Susanto; A. K. Gaffar & D. P. Priadi. 2012. Pola Pengelolaan Rawa Lebak Berbasis Keterpaduan Ekologi-Ekonomi- Sosial-Budaya Untuk Pemanfaatan Berkelanjutan. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. 4 (2): 59-67.

Paller, M. H. 1987. Distribution of larval fish between macrophyte beds and open water in a south- eastern floodplain swamp. Journal of Freshwater Ecology 4:191--200.

Pramoda, R & Z. Nasution. 2011. Transformasi Pengelolaan Perairan Umum Daratan di Kabupaten Ogan Komering Ilir. J. Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan. 6 (2);131-147.

Revenga, C & Kura, Y. 2003. Status and Trends of Biodiversity of Inland Water Ecosystems. Secretariat of The Convention on Biological Diversity. Technical Series No. 11. Montreal: Secretariat of CBD.

Samuel, 2008. The Morphology of Lubuk Lampam Floodplain Fisheries Ecology and Management of Lubuk Lampam Floodplain Musi River, South Sumatera. Research Institute For Inland Waters Fisheries. p. 1-7.

Sparks, R. E. 1995. Need for ecosystem management of large rivers and their floodplains. Bioscience. 45:168--182.

Utomo, A. D & D. Wijaya. 2008. Dynamics of Fish Production From Lubuk Lampam Floodplain. Fisheries Ecology and Management of Lubuk Lampam Floodplain Musi River, South Sumatera. Research Institute For Inland Waters Fisheries. p 73-84.

Welcomme, R. L. 1979. Fisheries ecology of floodplain rivers. Longman Group, New York.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun