Mohon tunggu...
Elly Suryani
Elly Suryani Mohon Tunggu... Human Resources - Dulu Pekerja Kantoran, sekarang manusia bebas yang terus berkaya

Membaca, menulis hasil merenung sambil ngopi itu makjleb, apalagi sambil menikmati sunrise dan sunset

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

The Forty Year Old Version dalam Warna Monokrom yang Bukan Muram tapi (Penuh) Perjuangan

10 Oktober 2020   13:12 Diperbarui: 10 Oktober 2020   21:25 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto :netflix.com

Saat layar membuka adegan "The Forty Year Old Version" di tayangan netflix yang barus aja saya tonton ini, reaksi pertama saya adalah sebuah pertanyaan. Kenapa film ini harus dibuat dengan warna monokrom alias  hitam putih? Pertanyaan yang tak perlu berpikir keras untuk dijawab. Yah, anak kecil juga tau bahwa warna hitam putih identik dengan sesuatu yang ingin dikesankan " Gloomy" alias muram. Begitulah awalnya sesuatu di kepala saya berpikir tentang film ini.

Yupz, kehidupan kulit hitam, dari latar kawasan bronx, perempuan, usia 3 bulan lagi 40 tahun, dengan segala kerumitan dan perasaan bersalah,  "gagal" menggenggam kesuksesan, warna monokrom rasanya pas banget. Rasanya setiap orang berpikir seperti itu. Saya tidak setuju juga, lah hak saya apa kan haha. Bahwa manusia usia 40 tahun, mau perempuan atau laki-laki, kulit hitam atau kulit putih, pergulatan kehidupan yang besar, dan lain sebagainya, punya keceriaan kehidupan yang tak melulu monokrom, kalau mau jujur.

Itu pikiran saya. Tetapi kalau sutradara dan penulis film itu ingin mengedepankan pergulatan kehidupan yang dianggapnya muram, itu haknya toh. Hal yang terpenting, itu fakta yang mereka rasakan. Fakta yang ingin dikedepankan. Maka saya biarkan sesuatu di kepala saya mengikuti alur film ini. Dari awal hingga akhir. Bagaimana Radha pemeran utama sekaligus sutradara menceritakan tentang hidup yang dirasakan.

Radha Blank, produser film dan artis Amerika yang membuat sekaligus menjadi pemain utama. Film ini katanya menggambarkan jatuh bangun kariernya. Radha  yang lahir dari seorang Ibu seniman, frustasi setelah kematian ibunya. Radha yang dekat dengan miras dan mariyuana. 

Radha yang dramawan, pernah meraih penghargaan salah satu dari 30 Dramawan Terbaik Usia di Bawah 30 Tahun. Penghargaan yang tidak membuatnya sukses mencapai posisi yang diinginkannya, lalu mengajar seni dan teater di Sekolah Menengah. Sekolah dengan murid yang memiliki masalahnya sendiri, sebagian menghargainya sebagai guru, sebagian mencacinya. 

Radha yang mempunyai seorang  sahabat, entah pacar,  Archie lelaki Korea agak gemulai dan rapi jali  yang mengenalkannya dengan produser dan penyandang dana yang gay Josh Whitman. Archie yang rela berkorban memusakan hasrat J.Whitman demi memberi Radha kesempatan pada teaternya. 

Di tengah pergulatannya meraih kesuksesan kehidupan, Radha tiba-tiba ingin menjadi penyanyi rapper dan berkenalan dengan produser music Bronx,  D. Sayang kesempatan pertama Radha diuji kesabaran oleh D. Tapi, rupanya si anak muda kinyis-kinyis umur 26 tahun ini akhirnya malah kepincut pada mak Radha. Bagian yang membuat saya agak kecewa, kenapa gak dibuat si sekadar D kagum pada kemampuan terpendam Radha lalu membantu Radha dan menjadi sahabat saja. Tapi bahwa hubungan cinta tanpa melihat usia memang bisa lahir kapan saja. Apapun alasannya, mungkin inilah faktanya. Hal yang ingin dimunculkan Radha Blank dalam film ini.

Ketika pertunjukan teater karya Radha, yang sudah diubah sana-sini oleh sutradara drama pertunjukan itu dan tak memuaskan Radha dan D menyebutnya karya norak, Radha nyaris putus asa. Meski akhirnya dia muncul pada saat namanya dipanggil oleh J.Whitman dan sutradara pertujukan "Harlem Ave" tsb usai applaus tepuk tangan Penonton. Kemunculan dimana akhirnya Radha menyampaikan perasaanya, bahwa dia tak seharusnya menulis sampah ini. Wow. 

Akhir film yang  antara happy dan sad ending. Archie yang tetap menganggap Radha sahabatnya meski Radha mementahkan pertunjukan "Harlem Ave" itu sebagai sampah. Adegan ditutup dengan Radha yang bergandengan tangan lagi dengan dengan D, hubungan mereka berlanjut. Tuh kan, kehidupan Radha sesungguhnya bahagia juga, gak semuram warna warna monokrom film ini. 

Begitulah. Kehidupan monokrom itu tak sepahit dan segetir kemuraman warna hitam putih itu sendiri. Monokrom mungkin hanya ingin mengesankan bahwa hidup itu penuh perjuangan. Diantara perasaan kalah karena mengalah menulis karya sampah demi mendapat uang untuk membiayai hidup, masih ada idealisme ketika kita jujur mengatakan bahwa ini sampah dan kita bisa seharusnya melakukan hal yang lebih baik lagi. 

Bravo Radha Blank.  Kehidupan Versi 40 tahun itu tidak menakutkan, hanya perlu diperjuangkan. Hitam-putih hanya persepsi, tapi kesan getir memang lebih terasa ketika monokrom hitam-putih. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun