Mohon tunggu...
Elly Suryani
Elly Suryani Mohon Tunggu... Human Resources - Dulu Pekerja Kantoran, sekarang manusia bebas yang terus berkaya

Membaca, menulis hasil merenung sambil ngopi itu makjleb, apalagi sambil menikmati sunrise dan sunset

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kita Bukan Ahli Segala Hal, Buang Itu Jauh-jauh Kawan

31 Juli 2020   19:55 Diperbarui: 31 Juli 2020   23:38 745
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kehidupan (Sumber: Pixabay/shahariar lenin)

Sekali waktu, pada sebuah malam pekat di hari yang sudah lewat, saya terbangun tiba-tiba. Entah apakah bisa disebut terbangun, wong rasanya saya belum tidur atau belum pulas tidur, he. Barangkali lebih tepat disebut tersentak. Tertegun atau ter ter lainya.

Rasanya seperti mendapat "kawe" wangsit, hahai. Atau semacam bisikan entah malaikat atau lawannya malaikat, semoga bukan. Seperti cubitan halus bahwa saya harus melihat 2 (dua) hal yang dijejalkan dalam waktu bersamaan supaya saya melihat perspektif lain. Ya perspektif lain dalam menyikapi hal yang terjadi dalam kehidupan. 

Pandemi Covid-19 ini mau tidak mau memberi banyak ujian kesabaran. Semua orang mengalami. Contoh nyata dalam kehidupan saya, usaha suami tersendat. Hal yang semua orang mungkin mengalami. Kreativitas saja tidak cukup rupanya. Tetap saja saya, kami, butuh kejelian, sikap gigih yang melampaui sekadar kreatif tadi.

Kenapa tak cukup kreatif saja? Sebab meski hidup, upaya, dan ikhtiar kita berhubungan dengan orang lain, penentu utama atau penggerak utama adalah diri kita sendiri. Positif atau negatif sikap kita, maka hasilnya juga positif atau negatif. 

Katanya, hati-hati dengan apa yang kita pikirkan dan hati-hati dengan apa yang kita rasakan. Jika kerisauan dan ketakutan soal anak menggelayuti pikiran, maka ubah saja menjadi doa dan harapan baik untuk anak kita. Sesederhana itu. Tetapi pada saat bersamaan kadang kita ruwet sendiri. 

Momen pertama, pada malam saya mendapat ecek-ecek wangsit itu, entah sebab apa saya yang di antara tertidur atau bangun itu, tiba-tiba dituntun melihat lagi video motivasi Ary Ginanjar Agustian, tentang doa dan sikap positif. 

Saya masih ingat kata-kata beliau, bahwa pembangunan Menara 165 yang terhenti di lantai 4, kehabisan modal dan semua investor menarik diri. Ketika mengalami kesulitan tersebut, semua orang menjauh. 

Lalu beliau diajak ayahandanya untuk istirahat dan keluar dari keruwetan itu dengan mendoakan saja semua orang, siapa saja, apa saja di sekitar kita. 

Melihat kucing melintasi, doakan kucing itu mendapat makanan. Melihat orang sedang kesulitan doakan kesulitannya sirna. Melihat pengemis dan kaum dhuafa, doakan mereka dapat makan dan doakan juga mereka  kaya. Melihat sebuah gedung mangrak, doakan pembangunan gedung itu lancar kembali. 

Sumber Foto: pixabay.com
Sumber Foto: pixabay.com
Berapa bulan berlalu, tiba-tiba mereka melihat gedung mangkrak itu sudah mulai dibangun lagi. Ajaibnya, pembangunan menara 165 juga tiba-tiba berjalan lagi dan sukses hingga tuntas. Nah, kok saya cerita detil ya, haiyah. Mari silahkan simak di video berikut ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun