Mohon tunggu...
Elly Suryani
Elly Suryani Mohon Tunggu... Human Resources - Dulu Pekerja Kantoran, sekarang manusia bebas yang terus berkaya

Membaca, menulis hasil merenung sambil ngopi itu makjleb, apalagi sambil menikmati sunrise dan sunset

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Menulis Harus Banyak Membaca? Ah, Basi Itu

5 Juni 2020   15:44 Diperbarui: 6 Juni 2020   06:26 464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya setuju membaca itu membuka cakrawala pemikiran, meluaskan pandangan, selain memberikan informasi. Kita sering mendengar orang berkata bahwa untuk dapat membuat tulisan bernas, bagus harus banyak membaca. Ada yang berkata juga, bacaan itu amunisinya orang untuk menulis. Sampai disana setuju. Tetapi tidak plek begitu saja. Ada penjelasan dan situasinya sendiri. Mau tau...? ya lanjut baca. 

Bacaan Harus Diendapkan lama untuk berproses dan Menghindari Sekadar Menulis Daur Ulang/Rewrite

He, ada beberapa hal yang harus kita lihat. Sejujurnya seringkali ketika orang berkata, "membacalah yang banyak, maka tulisanmu akan bagus", saya tertawa. Tertawa menahan miris. Kenapa demikian karena saya agak takut hal tersebut diartikan sebegono saja. Padahal ya tidak sebegono itu saja. Bacaan-bacaan yang kita baca harus lama diendapkan dulu dan berproses dalam diri kita.

Setelah itu, baru bisa kita tuliskan. Jika untuk menulis 1 (satu) artikel saja kita harus mengumpulkan dulu sekian buah buku dan membacanya, yakin saya tulisanmu hanya daur ulang apa yang kamu baca. Hanya melakukan rewrite. Tidak ada yang salah, hanya gak asyik bagi saya.

Bacaan itu hanya landasan untuk memperkaya pandangan dan pemikiran dan sikap kita. Apa yang kita baca harus diendapkan dulu. Harus diberi waktu untuk berproses dalam diri kita, entah diterima, entah ditolak. Ketika anda memutuskan akan menuliskan sesuatu, maka hal pertama yang harus ada adalah anda paham apa yang anda tuliskan. Itu saja kuncinya.

Anda sudah memiliki landasan teorinya, sudah membaca teori dan pendapat seputar bahasan. Bahkan anda sudah melihat fakta dan merealisasikan bahasan. Kemudian anda menuliskan berdasarkan pandangan anda, pengalaman empiris anda, apalagi dengan gaya menyampaikan dan style menulis anda yang khas, itu baru asyik.

Kalau hanya menuliskan apa yang kita baca-baca itu, buat saya itu sungguh gak asyik. Yakin saya anda hanya mendaur ulang apa yang orang katakan, apa yang orang tuliskan  dalam bacaan yang anda baca. Tidak sekadar kesannya sangat textbook, juga dangkal. 

Lebih parah lagi, orang-orang yang membaca tulisan anda bisa jadi juga membaca buku-buku dan pendapat yang anda baca dan anda tulis ulang lalu mereka berkata, Hm, apa ini ? Tidak ada yang baru. Hanya tulisan daur ulang. Sekali lagi tidak ada yang salah dengan tulisan daur ulang. Hanya, bagi saya tidak menarik. Gak asyik.

Tentu tidak kaku. Boleh dong menyiapkan beberapa buku di dekat kita saat sedang menulis. Misal kita mencari referensi penunjang untuk menguatkan pendapat kita. Tapi itu sedikit. Sisanya tentu harus pikiran dan pendapat anda. 

Kecuali yang sedang ditulis skripsi atau tesis, tiap pendapat mungkin harus diberi tinjauan pustaka. Kecuali berikutnya kalau anda sedang menulis review buku atau sedang membuat tulisan bahasan sebuah pendapat yang disajikan dalam sebuah buku. Jika demikian maka memang harus anda baca dulu beberapa buku-buku tersebut.

Kuatkan Pendapat Pribadi Hasil Telaah dan Ide Orisinil Supaya Tulisan Unik dan Murni

Ketika sedang menulis opini, buat saya harus pure pendapat anda sendiri. Harus ide orisinil anda walaupun tidak ada hal yang berul-betul orisinil sebab apa yang terjadi di dunia dan alam  ini adalah pengulangan-pengulangan.

Kita hidup di langit yang sama, matahari yang sama, fenomena alam yang kita alami mungkin sama. Bahkan realitas sosial yang kita lihat mungkin sama. Teori-teori dan buku-buku yang kita baca mungkin sama. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun