Mohon tunggu...
Elly Suryani
Elly Suryani Mohon Tunggu... Human Resources - Dulu Pekerja Kantoran, sekarang manusia bebas yang terus berkaya

Membaca, menulis hasil merenung sambil ngopi itu makjleb, apalagi sambil menikmati sunrise dan sunset

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kata Siapa Emak-emak Gak Boleh Dilawan?

6 April 2019   08:13 Diperbarui: 6 April 2019   08:44 480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Naik motor kasih  sen kiri, belok kanan

Emak-emak biasa seenaknya. Daripada ribet, tinggalin aja

Emak-emak dilawan, kelar idup loe

Begitulah kalimat yang sering saya dengar. 

Berbakti pada emak itu harus, tapi sikap seenaknya, tidak taat aturan itu harus dilawan. Emak-emak adalah warga negara juga, kebetulan perempuan, memiliki keluarga dan anak yang biasa menyebutnya emak. Emak-emak  (jangan) dilawan...!? seolah pembenaran kalau emak-emak cenderung seenaknya, nekat yang tidak pada tempatnya. 

Tidak semua Perempuan yang disebut emak-emak itu memiliki kelakuan seperti prolog di atas. Prolog di atas memang menggambarkan beberapa kejadian yang kita temui di dunia nyata. 

Belum lama saya terpana melihat penggalan video saat kumpulan emak-emak memaksa kampanye  dukungan salah satu Capres di sebuah mall di Jakarta. Sebagaimana kita tau mall adalah sarana umum yang memiliki peraturannya sendiri. Pasti harus izin pengelola mall, selain izin ke banwaslu.   

Dalam video itu, terlihat perempuan (emak-emak) tak hentinya berteriak menyebut nama Capres yang mereka usung.

Beberapa satpam  yang mengenakan seragam hitam memohon kepada pentolan emak-emak agar tidak berkampanye dari lantai atas mall tersebut.

Hal yang membuat saya speechless dan jelas agak malu sebagai perempuan, dengan santainya mereka tertawa dan memaklumi perbuatan nekad tersebut

"Bodo amat dilarang yang penting Pr*bow*. Nggak boleh kampanye kata satpamnya. Cuma bodo amat yang penting Pr*bow* menang," kata salah seorang perempuan dengan senyum manisnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun