Mohon tunggu...
Elly Suryani
Elly Suryani Mohon Tunggu... Human Resources - Dulu Pekerja Kantoran, sekarang manusia bebas yang terus berkaya

Membaca, menulis hasil merenung sambil ngopi itu makjleb, apalagi sambil menikmati sunrise dan sunset

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Purun, Kisah Perempuan dan Padang Rumput di Lebak Basah Itu

22 Maret 2019   15:58 Diperbarui: 24 Maret 2019   16:40 456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: yayasan perspektif baru

Banyak hal yang harus dilakukan dalam rangak meningkatkan nilai jual kerajinan purun. Sebut dulu 3  (tiga) hal besarnya, promosi, pendampingan dan bimbingan perempuan pengrajin purun dan ketiga penciptaan pemasaran. 

Pembeli purun akan melebar pangsanya jika ditopang promosi yang memadai. Tak hanya  mengajak perempuan pengrajin purun mengisi pameran dagang dan expo, hal lain yang tak kalah penting adalah promosi bahwa kerajinan purun adalah kerajinan yang layak digunakan karena berbahan organik dan sinergis dengan pembangunan berkelanjutan dalam rangka meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar rawa ekosistem rawa gambut. Sebuah eco product.

Pendampingan. Perempuan Pedamaran layak dan berhak didampingi. Entah dalam rangka meningkatkan kemampuan teknis mengolah purun menjadi barang kerjaninan yang selain bernilai seni juga user friendly dan ramah lingkungan. Sering diajak bimtek, kursus dan pembuatan kerajinan purun bahkan bimtek dan kursus tentang packaging dan label.  

Selanjutnya, kelompok perempuan pengrajin purun juga harus didampingi supaya mereka mendapat pasar yang baik untuk produk mereka. Pasar yang menjamin harga sepadan dan pasar yang menjamin kontinyuitas pemasaran produk. Banyak cara yang bisa dilakukan, antara lain menghubungkan kelompok pengrajin dengan mitra pemasaran UMKM, perbankan dan lain-lain. 

Penjagaan Lebak Rawa Gambut 

Selain masalah rendahnya nilai jual dan masih terkendala pemasaran kerajinan Purun, padang gambut basah yang mereka sebut lebak dan rawa itu sudah berkurang luasannya oleh berbagai sebab seperti alih fungsi lahan karena keperluan budidaya, baik menjadi lahan pemukiman maupun menjadi areal perkebunan sawit. Hal yang berakibat pada berkurangnya luasan habitat purun. Purun kini mulai berkurang. Perlu uluran tangan Pemerintah Daerah setempat juga pemerhati lingkungan terkait hal ini. 

Luas Lahan gambut di Kecamatan Pedamaran, Kabupaten Ogan Komering Ilir adalah 120.000 hektar, begitu besar prosentasenya dibandingkan luas total Kecamatan Pedamaran yang sebesar 150.000 hektar. 

Dari luasan tersebut, sebagian besar didominasi tanaman purun. Kini luasan tersebut semakin menurun. Konon sebelum tahun 2015 luasan gambut yang ditumbuhi purun hanya tinggal 1000 hektar. Semakin kesini luasan tersebut semakin berkurang.

Alih fungsi adalah hal yang tak terhindarkan. Tetapi paling tidak ada upaya menjaga ketersediaan Rawa Lebak Gambut tetap di atas ambang yang aman bagi lingkungan juga bagi penyediaan habitat tumbuh tanaman purun. 

Beberapa tahun lalu, tepatnya Tahun 2017 terjadi demonstrasi masyarakat Pedamaran yang menuntut Pemerintah kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) untuk segera mengeluarkan regulasi tentang perlindungan ekosistem gambut purun dan segera tetapkan area gambut purun seluas 300 hektar sebagai kawasan pemanfaatan tradisional masyarakat Pedamaran.

Begitulah. Akan kemanakah kisah purun ini muaranya? Harapan saya semoga pada akhirnya akan menjadi kisah manis. Perempuan dan padang rumput purun di Rawa Lebak itu, aku padamu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun