Mohon tunggu...
Elly Suryani
Elly Suryani Mohon Tunggu... Human Resources - Dulu Pekerja Kantoran, sekarang manusia bebas yang terus berkaya

Membaca, menulis hasil merenung sambil ngopi itu makjleb, apalagi sambil menikmati sunrise dan sunset

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perempuan-perempuan Pejuang Kopi di Lahat

4 Juni 2018   10:21 Diperbarui: 4 Juni 2018   13:24 1115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebab di tangan perempuan, kopi jadi lebih bermartabat, kata saya. Kenapa ? Meski kebanyakan Barista adalah para lelaki, tapi penjuang kopi sesungguhnya kebanyakan adalah perempuan. Di tangan perempuan, kopi lebih ditelateni, lebih disayang. Sekali lagi, kata saya,hasil pengamatan saya. 

Pernah dengar Asomobi ? ASOMOBI adalah sebuah wadah (asosiasi) Organisasi Perempuan Pejuang Kopi di Costa Rica. ASOMOBI bermula ketika para lelaki meninggalkan desanya untuk merantau ke kota meninggalkan kebun-kebun kopi di kampung mereka. Kebun kopi yang menjadi terbengkalai seandainya tidak diselamatkan oleh para perempuan disana. Kini ASOMOBI berkembang pesat, selain mengelola kopi, termasuk agrowisata, akomodasi untuk agrowisata tersebut dan lain sebagainya. 

Tidak saja di Costa Rica, di belahan bumi lain  saya kira sangat banyak bukti bahwa di tangan perempuan kopi menjadi berkembang dan menjadi sumber kehidupan warganya. Di Negeri Kita, sudah pasti. Nah di salah satu sudut Sumatera Selatan, tepatnya di Lahat, banyak juga perempuan pejuang Kopi. Perempuan yang menjaga dan merawat kebun kopi, perempuan yang menggeluti pasca panen kopi hingga menjadi segelas  kopi yang terhidang untuk para suami dan anak. Mertua saya dulu, saya kira dia juga pejuang kopi.

Ada satu nama yang baru saya kenal, yang menurut saya adalah Pejuang Kopi di Lahat, Soufie Retorika. Selain penulis, Soufie bergerak pada sektor hulu dan hilir Kopi, antara lain bagaimana mengadvokasi petani untuk membangun kebun kopi mereka dengan baik. Sebagai keturunan anak petani kopi, bangga pada kebun kopi di kampungnya adalah sebuah rasa yang sulit untuk ditepis. 

Ketika harga kopi sering naik turun, maka Soufie turun tangan membantu penyuluhan pengolahan kopi yang baik sembari mengembangkan bisnis Roastery coffee miliknya.  Tau kan bagaimana dulu petani kita mengolah kopi. Kopi yang dipetik masih belum merah karena berpacu dengan kebutuhan keluarga, dijemur di tempat tidak hygienis bahkan ada yang dijemur di jalanan sambil dilintasi truk dan kendaraan lain yang lalu lalang. Boleh baca tulisan saya DISINI.  

Soufie tidak sendirian, ada banyak perempuan pejuang kopi di Lahat. Semoga saja. Salam kopi. Salam Kompal. Salam Kompasiana. Salam Kompak selalu.   Salam juga dari gadis pemetik kopi di Lahat ini. Pssttt, foto ini dibesut Pak Edi Susanto salah satu kawan anggota Kompal juga, sayang kupu-kupu yang tadi hinggap di betis gadis pemetik kopinya sudah terbang.

Sumber: Dok.Edi Susanto
Sumber: Dok.Edi Susanto
Sumber: Dok.Edi Susanto
Sumber: Dok.Edi Susanto
Mau baca tulisan saya yang lain tentang Kopi,

Le Cafe Talang Tuwo, Spirit Ngopi Kopi Lokal Sumsel.

Traveler, Jangan Ngopi di Cafe Kalau Kopi Kampungmu masih Bermutu Rendah

ASOMOBI, Ketika Perempuan dan Kopi Jadi Pasangan Serasi

Sumber : Dok.Kompal
Sumber : Dok.Kompal

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun