Mohon tunggu...
Ellysaaaaaaaa
Ellysaaaaaaaa Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Siapa - siapa.

Just Writing

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Adakah Kaitan Wabah dengan Akidah?

9 Mei 2020   08:52 Diperbarui: 9 Mei 2020   08:47 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar diperoleh dari kansascitymag.com, diolah oleh penulis

Temuan virus Corona atau Covid -- 19 yang awalnya disinyalir berasal dari Wuhan, China menjadikan masalah untuk skala global. Mengingat penyebarannya yang masif menjadikan negara -- negara di Dunia ikut tertular akan adanya virus tersebut. Diambil dari Compas.com 3,9 juta orang telah terinfeksi virus corona. Dan angka ini bukanlah angka yang sedikit mengingat setiap harinya jumlah korban selalu meningkat.Tak heran jika perbincangan di berbagai media memperbincangkan pendemik yang kontroversial itu.

Para petinggi negara berbondong -- bondong mencari solusi untuk menghentikan penyebaran virus. Berbagai kebijakan diluncurkan untuk meminimalisir pertumbuhan virus. 76 hari Lockdown ialah salah satu kebijakan Wuhan untuk memutus mata rantai penyebaran corona. Hingga kini berbagai negara -- negara di dunia pun sedang berusaha melawan pendemi ini.

Indonesia salah satunya. Pemerintah telah mengeluarkan kebijakan dengan swakarantin, isolasi diri, bekerja di rumah, sekolah dirumah dan yang paling baru ialah PSSB (Pembatas Sosial Berskala Besar). Hal ini dimaksudkan sebagai usaha untuk melawan virus corona. Akibat dari adanya pembatasan ini banyak sekali bidang yang terdampak dan menuai krisis. Entah krisis kemanusiaan, ekonomi, sosial, maupun agama. Dan membicarakan Agama ialah salah satu bidang yang memiliki sensitifitas tinggi. Karena hal ini berhubungan langsung dengan iman maupun akidah seseorang didalamnya.

Apabila sudah mengatasnamakan akidah apalagi timbul pertentangan maka rentan sekali untuk terjadi konflik. Untuk itu tak hanya krisis ekonomi saja yang menjadi perhatian akibat dampak cirus corona ini tapi juga konflik pertentangan antara akidah dengan sains.

MUI telah mengeluarkan fatwa bahwa sebaiknya untuk ibadah dilaksanakan dirumah dengan kata lain tidak dilakukan secara berjamaah. Mengingat sholat berjamaah akan menimbulkan perkumpulan dimana disaat seperti ini seharusnya menjaga jarak atau phisycal distancing. Penyemprotan cairan disinfectan dilakukan di berbagai tempat ibadah salain dilakukan di fasilitas umum. Hal ini berarti tidak ada pertentangan yang sesungguhnya jika sains harus terus kontra dengan agama. Justru mereka akan terus ada untuk berjalan beriringan. Namun kenapa sampai saat ini banyak sekali orang yang menentang kebijakan dengan dalih berpegang kuat dengan akidah? Bahwa virus datang dengan takdir Tuhan sehingga kita tidak bisa lari dari -- Nya.

Akidah sendiri ialah iman yang teguh dan pasti sehingga seseorang yang memiliki akidah tersebut tidak ada keraguan didalamnya untuk bisa percaya sepenuhnya. Kaitannya dalam hal ini ialah masih banyak orang yang meyakini ketauhidannya sebgai jalan tawakal untuk berserah kepa Allah swt. Ini benar. Tapi kembali kita pada permasalahan bukan karena kita lebih takut corona dan mengesampingkan ketakutan kita kepada Allah hanya semata -- mata tidak beribadah secara semestinya. Tapi dengan adanya fenomena semacam ini juga menjadikan kita belajar bahwa kuasa Allah sangatlah luas dan bukan untuk lari dari takdir Allah. Kita hanya menuju ke Takdir Allah yang lain.

Hal ini akan menjadi bahan edukasi untuk kita kedepannya dalam menghadapi wabah corona ini. Karena sesungguhnya kasus wabah tidak hanya sekali terjadi pun dalam zaman Rasulullah beserta para sahabatnya sudah lebih dahulu mengalami fenomena ini. Maka dari itu banyak pedoman ushul fiqh yang dijadikan rujukan sebagai salah satu solusi menghadapi virus corona.

Dengan adanya fenomena itupun tak beda jauh dengan pemerintah sekarang yang meluncurkan berbagai macam kebijakan. Rasulullah dahulu juga mengeluarkan ultimatum kepada umatnya supaya menghindari wabah dengan tidak memasuki area yang terjangkit wabah.

"Dari Siti Aisyah RA, ia berkata, Aku bertanya kepada Rasulullah SAW perihal tha'un, lalu Rasulullah SAW memberitahukanku, dahulu, tha'un adalah azab yang Allah kirimkan kepada siapa saja yang Dia kehendaki, tetapi Allah menjadikannya sebagai rahmat bagi orang beriman. Maka tiada seorang pun yang tertimpa tha'un, kemudian ia menahan diri di rumah dengan sabar serta mengharapkan ridha-Nya seraya menyadari bahwa tha'un tidak akan menimpanya selain telah menjadi ketentuan Allah untuknya, niscaya ia akan memperoleh ganjaran seperti pahala orang yang mati syahid," (HR. Bukhari, Nasa'i dan Ahmad).

Fatwa yang dikeluarkan oleh MUI dengan memberi batasan aktivitas ibadah yang disinyalir menimbulkan orang banyak ataupun perkumpulan ataupun mengharuskan keluar rumah bukan berarti menentang kuasa Allah atau tidak percaya kepada Allah. Ketauhidan memang harus melekat dalam iman seseorang. Hal ini sudah jelas dalam firman Allah :

"Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan hanya untuk beribadah kepada-Ku" (QS. Adz Dzariyat, 56)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun