Mohon tunggu...
Alfonsus Hirland
Alfonsus Hirland Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Prodi Ilmu Komunikasi, Angkatan 2019.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Puisi Belum Mati di Negeri Pertiwi

24 Maret 2021   22:48 Diperbarui: 24 Maret 2021   23:15 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa spekulasi yang kerap kali muncul ketika berbicara tentang sastra atau kesusastraan, khususnya puisi, di antaranya adalah bacaan yang berat, susah dimengerti, terlalu filosofis, terlalu serius dan sekaligus, mungkin terlalu berlebihan dalam menejawantahkan realitas. Spekulasi-spekulasi tersebut, boleh jadi menjadi semacam hambatan dan tantangan yang lumrah terhadap keberadaan karya sastra, puisi, di tengah kehidupan masyarakat. Di Indonesia, sastra dan kesusastraan banyak ditemukan dan berlaku dalam konteks subkultur, seperti ruang akademik tentang sastra dan kesusastraan, atau di antara para penggiat dan pecinta karya-karya sastra (biasanya dalam bentuk komunitas tertentu). Sementara, ketika kita melihat dalam spektrum yang lebih luas, yaitu masyarakat Indonesia, keberadaan sastra dan kesusastraan menjadi fenomena yang pelik dan muskil. Asumsi yang saya uraikan ini, semata-mata berangkat pula dari fakta dan data tentang minimnya minat baca (termasuk karya sastra) di Indonesia.

Tapi, benarkah demikian adanya? Yang jelas, asumsi saya di atas tidak sepenuhnya benar. Khususnya ketika kita berhadapan dengan realitas sastra dan kesusastraan di Indonesia. Asumsi lain yang muncul, ternyata karya sastra banyak digemari oleh anak-anak muda di hari-hari belakangan ini. Memang tidak berbasis data yang falid. Tetapi, apa yang disampaikan oleh salah seorang penyair ternama Tanah Air, yakni Joko Pinurbi (Jokpin), telah menunjukkan betap karya sastra, seperti puisi, ternyata masih hidup dan masih diminati banyak orang. Perihal ini, kita bisa menemukannya dalam artikel berita dari porta berita online, www.hot.detic.com (09/03/2021), dengan judul berita: "Joko Pinurbo Tak Sangka Buku Puisi Bisa Populer di Pasaran". Tanggapan Jokpin tentang buku puisinya yang laris dan populer di pasaran, setidaknya mewakili validasi realitas minat puisi atau karya sastra yang semakin menguat. Jika kita bandingkan dengan waktu-waktu yang telah lalu, seperti di era angkatan 90-an atau angkatan sebelum-sebelumnya, karya sastra seperti puisi, jarang sekali diterima di pasaran.

Terlepas dari pembahasan tentang sastra dan kesusastraan, seperti puisi, yang pernah dan sedang berada dalam dua situasi, tak diminati dan diminati, saya justru ingin mengajak para pembaca untuk melihat sesuatu yang lain dari realitas karya sastra, puisi, di Tanah Air. Satu hal yang muncul dalam uraian di atas tadi adalah perihal perjalanan karya sastra, yakni puisi, dalam keseluruhan peradaban masyarakat dari masa ke masa. Persisnya, telah terjadi perubahan sosial dalam keseluruhan realitas masyarakat terhadap keberadaan karya sastra, seperti puisi. Lantas, perubahan sosial yang seperti apa yang dimaksud?

Pertama, kita berangkat dari konsep tentang perubahan sosial. Bahwasanya, perubahan sosial merupakan fenomena kehidupan masyarakat yang prosesual dan dinamis dan meliputi aspek-aspek kehidupan, dalam keseluruhan interaksi dengan sesama dan alam semesta (Kasnawi & Asang, IPM4439: 3, ). Perubahan sosial merupakan satu fenomena yang tak terelakan dari kehidupan manusia. Lebih jauh, Indraddin dan Irwan (2016: 2), menjelaskan bahwa dalam sebuah struktur masyarakat, terdapat beberapa tipe perubahan sosial; perubahan dalam personal, perubahan bagian-bagian struktur sosial, perubahan dalam fungsi struktur, perubahan dalam hubungan struktur yang berbeda, dan munculnya struktur baru dalam masyarakat. Dengan demikian, kita bisa berkesimpulan bahwa perubahan sosial merupakan suatu keadaan atau situasi yang berbeda dari keadaan sebelumnya dalam suatu struktur.

Kedua, perubahan sosial dan karya sastra, seperti puisi. Sebagaimana konsep tentang perubahan sosial yang sudah diuraikan di atas dan dalam konteks pembahasan atau isu karya sastra seperti puisi, saya kira perubahan sosial terjadi dalam keseluruhan peradaban masyarakat Tanah Air. Pernyataan yang sangat jelas muncul dalam pernyataan Joko Pinurbo dalam media berita online (seperti yang sudah disebutkan di awal). Dalam kaitannya dengan hubungan struktur yang berbeda, perubahan terjadi dalam realitas pasar. Bahwa, karya sastra, seperti buku puisi dari Joko Pinurbo, ternyata laris dan populer di pasaran. Joko Pinurbo sendiri cukup terkejut dengan realitas tersebut. Selain itu, perubahan sosial juga terjadi dalam konteks perubahan personal -yang pada akhirnya menjadi perubahan kolektif. Hal ini jelas terkait perjalanan karya sastra menjadi sesuatu yang populer dan diminati banyak masyarakat Indonesia. Melalu portal media berita online, Joko Pinurbo menegaskan bahwa pada masanya, karya sastra, termasuk puisi, sulit diterima dalam masyarakat. Tapi, seiring berjalannya waktu, apresiasi yang tinggi terhadap karya Sapardi Djoko Damono sampai Aan Mansyur, dan termasuk juga terhadap buku puisi Joko Pinurbo, pada dasarnya menunjukkan adanya perubahan sosial. Pertama-tama, hemat saya berangkata dari perubahan personal dari masyarakat Indonesia, yakni perihal perannya sebagai orang yang kemudian memiliki kecintaan terhadap karya-karya sastra Tanah Air. Yang pada gilirannya terekam sebagai perubahan kolektif masyarakat, karena terjadi dalam skala yang besar.

Nah, dari penjalasan di atas, kita dapat melihat bahwa karya sastra juga terlibat penuh dalam realitas perubahan sosial masyarakat. Justru, karya sastra, seperti puisi-puisi para penyair ulung bangsa, telah menjadi faktor penentu terhadap perubahan sosial yang ada. Betapapun demikian, keberadaan puisis-puisi karya para penyair tersebut telah menjadi salah satu realitas perubahan sosial, dari entitas  yang tidak diminati menjadi entitas yang paling populer. Dan dengan demikian, ini menjadi bukti bahwa 'puisi belum mati di Negeri Pertiwi'.

Daftar Pustaka

            Indraddin & Irwan. 2016. Strategi dan Perubahan Sosial. Yogyakarta: Penerbit Deepublish. , diakses pada 23 Maret 2021.

https://hot.detik.com/ diakses pada 24 Maret 2021.

Kasnawi, M. Tahir dan Sulaiman Asang. IPEM4439/MODUL 1. Konsep dan Pendekatan Perubahan Sosial.  diakses pada 23 Maret 2021.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun