Mohon tunggu...
Alfonsus Hirland
Alfonsus Hirland Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Prodi Ilmu Komunikasi, Angkatan 2019.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mencintai Tumbuhan, di Korea Ada Infus untuk Pohon

10 November 2020   22:52 Diperbarui: 11 November 2020   12:41 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kemajemukan masyarakat di dunia, telah melahirkan bermacam-macam bentuk atau entitas budaya di masing-masing daerah. Mulai dari bahasa, adat istiadat, kebiasaan-kebiasaan, dan beragam entitas lainnya. 

Bahkan, tak jarang kita menemukan hal-hal unik, yang tidak akan kita temukan di tempat lain. Dan demikianlah kita menamakan perbedaan-perbedaan atau bahkan hal-hal unik tersebut sebagai identitas dari daerah yang bersangkutan. Terkait kebiasaan-kebiasaan dan beberapa entitas budaya tersebut, secara teoritis, kita kenal sebagai identitas budaya. 

Dalam Jurnal Sabda, Dorais (1988), dalam Budi Santoso (2006), dijelaskan bahwa identitas budaya itu terkait kesadaran atas karakteristik khusus yang dimiliki kelompok tertentu dalam hal kebiasaan, bahasa, adat istiadat, dan nilai-nilai.

Dalam artikel sederhana ini, saya hendak berbagi tentang identitas budaya dari negara Korea. Sebagaimana negara-negara lain di dunia, Korea tentu memiliki identitas budayanya sendiri, yang terwujud dalam entitas-entitas budaya yang ada di sana. 

Tentu, saya tidak akan membahas atau mengupas begitu banyak soal entitas budaya atau kebiasaan-kebiasaan yang ada di Korea, karena saya kira para pembaca mempunyai pengetahuan yang lebih tentang realitas masyarakat Korea. Hanya saja, dalam atikel ini, saya ingin mengupas salah satu kebiasaan unik di Negri Gingseng tersebut, yakni memberi infus untuk pohon.

Hemat saya, ini adalah salah satu kebiasaan yang jarang dan bahkan tidak pernah kita temukan di negara lain. Tetapi di Korea, ini adalah salah satu kegiatan yang lumrah. 

Kebiasaan memberi infus untuk pohon ini adalah bentuk perhatian dan ungkapan cinta masyarakat Korea terhadap tumbuhan. Malahan, tidak terlalu berlebihan, ketika dikatakan bahwa masyarakat Korea telah 'memanusiakan tumbuhan'. Dilansir dari news.detik.com pertanggal 16/08/2016, salah satu pencinta lingkungan dari Busan, Indra Wijayanto, menyebutkan bahwa tumbuhan mempunyai hak untuk dicantai dan disayangi.

Sikap dan perilaku yang semacam ini, galibnya memberikan gambaran tentang karakteristik masyarakat Korea. Bahwasannya, dalam keseluruhan realitas masyarakat di sana, ada semacam prioritas dan porsi yang sama atas perhatian terhadap manusia dan tumbuhan, bahkan mungkin juga hewan. Hal ini menjadi benar, dengan melihat perlakuan masyarakat Korea terhadap tumbuhan, yang hampir sama diperlakukan kepada manusia, yakni pemberian infus. 

Jika manusia diberi infus karena alasan sakit, sekurang-kurangnya alasan yang sama juga berlaku pada setiap pohon yang ada di Negri Ginseng tersebut. Bahwasannya, pada musim panas, pepohonan diperlakukan sama dengan manusia, yang butuh minuman, sebagai suplemen penambah energi. Sistem pengairan dengan memberi infus kepada pohon, yang mana menetesi batang dan tanah, sejatinya bertujuan agar pohon tidak kekurangan air, kehausan dan dehidrasi.

Kalau kita berkaca pada realitas masyarakat Korea, khusunya pada kebiasaan untuk memberi infus pada pepohonan ketika musim panas, barangkali bangsa kita, bangsa Indonesia, perlu berefleksi. Sudah sejauh mana kita telah mencintai tumbuhan, khususnya pepohonan (mungkin termasuk hutan)? 

Saya kira, bangsa Indonesia belum punya cukup perhatian terhadap tumbuhan, khususnya pepohonan. Sehingga, tidak dapat dielak, kebiasaan untuk memberi infus kepada pepohonan, telah membentuk identitas budaya tersendiri bagi masyarakat atau bangsa Korea. Kita perlu mengapresiasi kebiasaan unik ini, dengan mulai mencintai lingkungan di sekitar, mungkin seperti taman di pekarangan rumah kita.

Daftar Pustaka

Santoso, Budi. 2006. "Bahasa dan Identitas Budaya". Dalam Jurnal Sabda vol 1, no 1 September. , diakses pada 9 Spetember 2020.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun