Mohon tunggu...
Mar ah Maskanah
Mar ah Maskanah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis

Senang membaca dan menulis sebagai ekspresi diri. Menyukai hal baru dan menantang.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hidup Bukan untuk Bahagia, Lalu untuk Apa?

29 Maret 2023   17:47 Diperbarui: 29 Maret 2023   17:53 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bahagia, siapa yang tidak menyukainya. Bahkan tanpa sadar kita menempatkan bahagia sebagai harapan bahkan tujuan akhir dari proses yang kita lalui saat ini. Tapi apakah bahagia adalah tujuan akhir? Lalu bagaimana jika bahagia sudah hadir? Apakah harapan kita berhenti?

Pertanyaan-pertanyaan tadi mungkin akan membuat kamu berpikir, apakah selama ini bahagia menjadi tujuan dalam hidup saya? Lalu apa yang sudah saya lakukan setelah bahagia itu datang? Yuk kita berpikir sejenak

1. Bahagia setiap orang itu berbeda

Jika sebab dan kadar bahagia seseorang itu berbeda, lantas bagaimana bahagia bisa menjadi tujuan? Bahkan seringkali kita menginginkan apa yang menjadi miliki orang lain karena hal itu terlihat lebih baik dan membahagiakan. Bahagia tidak didapat dengan dasar rasa kebencian. Kita juga kadang menginginkan ini itu yang belum kita dapatkan. Dalam bayangan kita, kita akan bahagia setelah mendapatkannya, tapi seringkali setelah mendapatkannya kita tidak bahagia atau mungkin kita bahagia namun hanya sesaat.

2. Bahagia memiliki Risiko dan Konsekuensi

Bahagia, selalu didampingi sedih, kecewa bahkan marah dan perasaan negatif lainnya. Kita tidak akan pernah tau mana yang akan datang terlebih dahulu menemui kita. Bahagia pasti mendatangkan risiko dan konsekuensi. Ingin merasakan bahagia berarti kita harus siap merasakan luka sebagai konsekuensinya.

Jika bukan bahagia yang menjadi tujuan lantas apa? Self-Love?

Self-love terkadang menjadi pilihan akhir setelah kita merasakan luka agar kita berani keluar dari kesakitan. Kita menjadi apatis dengan memikirkan diri sendiri alih-alih mencintai diri sendiri. Namun yang tak banyak kita sadari adalah ketika kita lebih peduli pada diri sendiri, lebih memilih untuk membahagiakan diri sendiri, kita akan tersadar, bahwa selama ini ada Tuhan yang selalu membantu kita. Self-love adalah cara kita untuk mengingat Tuhan. Self-love membuat diri kita menjadi sering bersyukur atas nikmat Tuhan. Kita juga sadar bahwa hidup tidak hanya sekali, pasti ada kehidupan setelah ini.

Mungkin ada beberapa diantara kita yang percaya dan ada yang tidak. Dan itu merupakan pilihan yang tak perlu kita perdebatkan. Namun mungkin sedikit ilustrasi ini bisa kita renungkan. Jika hidup hanya sekali dan tidak ada hidup setelah ini, kenapa kamu masih saja disini, berjuang untuk hal yang menyakitkan. Lalu enak sekali mereka yang tak berperi kemanusiaan dan merugikan banyak orang mati tanpa adanya pembalasan. Tidak adil bukan? Jadi percaya tidak percaya tetap akan ada kehidupan setelah di dunia.

Lalu bagaimana kita menentukan tujuan kita untuk bisa melalui hidup ini dengan baik dan kita juga akan mendapatkan kehidupan yang baik setelah kehidupan di dunia ini? Allah SWT pernah berfirman dalam Surah Az Zariyat ayat 56 yang artinya "Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepadaku"

Yang dimaksudkan beribadah disini tidak hanya sempit pada shalat, puasa dan membaca Al-Qur'an saja. Melainkan belajar, membantu orang tua, menolong orang lain, berbagi, berdiskusi atau bertukar pikiran dan memperkaya ilmu, dan mengerjakan hal-hal positif lainnya juga termasuk ibadah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun