Mohon tunggu...
Claudya Elleossa
Claudya Elleossa Mohon Tunggu... Penulis - Seorang Pencerita

Seorang ASN dan ibu, yang sesekali mengisi pelatihan menulis dan ragam topik lainnya. Bisa diajak berinteraksi melalui IG @disiniclau

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Pembicara Efektif Tidak Melakukan 5 Hal Ini...

4 Maret 2019   16:00 Diperbarui: 5 Maret 2019   21:33 1301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi pembicara di depan umum. (sumber: shutterstock)

Kelima tanda pembicara kurang berkualitas yang bisa membuat saya illfeel ini sepenuhnya berdasar pengamatan. Walaupun demikian, setelah menulis hingga akhir saya menyadari dua hal penting yang akan relevan di semua pekerjaan kita. Semoga Anda juga menemukan poin itu, dan kita bersama mempraktikkannya.

Sebagai pendengar auditoris-efektif merekam informasi dengan suara ketimbang tulisan-workshop menjadi satu acara yang selalu menarik. Tentu, jika topiknya sesuai minat dan apalagi kalau gratis.

Akhir pekan kemarin, saya 'terjebak' mengikuti dua hari pelatihan dari komunitas lokal. Ada tujuh sesi, dan rata-rata menarik. Namun di satu sesi saya harus banyak ngedumel di dalam hati, dan alih-alih mencatat materi saya justru merangkum poin-poin cikal bakal tulisan ini.

Berikut beberapa hal yang berpotensi membuat peserta mendengar sekadar untuk 'menghormati' alih-alih mengerti apalagi tertarik.

  • Terlalu bragging

Brag (verb): say something in a boastful manner.

Saya tahu persis ada kalanya seseorang akan menjelaskan sekilas di awal sesi tentang kompetensinya dalam topik tersebut. Adalah hal wajar, terlebih jika dia bukan seorang artis dengan jutaan followers yang sudah akrab dikenal. 

Sebut saja ini cara untuk menumbuhkan trust dari para pendengar. Langkah memperkenalkan diri dan pencapaian ini sayangnya akan terasa drastis berbeda tendensinya jika diucapkan berulang. Berulang. Dan berulang.

Dari tujuh sesi itu ada tiga pembicara yang menggunakan strategi 'membangun kepercayaan' dengan memperkenalkan kompetensi di awal perbincangan. Pembicara pertama mengulang sekitar empat atau lima kali, dengan orientasi yang berbeda, tentang kehebatan atau capaian karirnya. Pembicara kedua, menyebutkan di awal dengan menggunakan slide lalu dalam prosesnya tidak berkutat pada keberhasilannya namun pada opini dan apa yang dia pelajari. 

Pembicara ketiga, bahkan tidak mencantumkan identitas di slide. Hanya memperkenalkan diri dan tempat bekerja saat ini, lalu langsung membuka kelas dengan materi yang sangat berbobot.

Saya jadi berpikir bahwa semakin seseorang merasa aman dan mantap dengan pengetahuan yang ia tahu dan akan ia bagi, maka ia tidak perlu bahkan mungkin enggan untuk menceritakan berlebihan tentang segala prestasinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun