Mohon tunggu...
Ella Zulaeha
Ella Zulaeha Mohon Tunggu... Self Employed -

Jadikan sabar dan sholat senagai penolongmu

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

"Puber Kedua" Pria Ketika Memasuki Usia 40 Tahun, Mitos ataukah Fakta?

20 Oktober 2011   11:42 Diperbarui: 4 April 2017   18:04 48379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ada apa dengan angka 40 tahun? Mungkin anda pernah mendengar mitos tentang seorang pria ketika memasuki usia 40 tahun bahwa mereka akan mengalami fase yang namanya puber kedua. Nampaknya mitos tersebut sudah terlanjur tertanam di benak kita, sehingga muncul kekhawatiran para isteri ketika suami mereka memasuki usia 40 tahun. Terkadang muncul pertanyaan "mungkinkah suami saya akan mengalami puber kedua? Kekhawatiran tersebut sebenarnya tidak perlu terlalu dirisaukan apabila kita telah mengenal dengan baik sifat dan karakter pasangan kita masing-masing. Namun benarkah saat seseorang memasuki usia 40 tahun akan mengalami puber kedua? Apakah ini mitos semata ataukah fakta yang sering terjadi dalam kehidupan sosial kita? Karena ternyata puber kedua ini bukan hanya terjadi pada pria, namun juga terjadi pada wanita.

"Life begin at 40". Kehidupan seorang pria baru dimulai ketika mereka memasuki usia 40 tahun. Ketika menjelang usia 40 tahun, pada umumnya kemapanan sosial dan ekonomi seseorang akan bisa terlihat. Mulai dari karir yang semakin meningkat, penghasilan (income) yang semakin bertambah, kehidupan rumah tangga yang stabil, dimana anak-anak telah beranjak besar. Kebutuhan hidup tidak lagi melonjak tajam ketika saat pertama kali berumah tangga.

Biasanya pasangan muda (usia antara 20 - 30 tahunan) yang baru mengayuh biduk rumah tangga, akan akan merasakan perjuangan yang berat di tahun-tahun pertama perkawinan. Mulai dari kewajiban membayar cicilan rumah, kendaraan, asuransi pendidikan anak dan kebutuhan wajib yang lain. Karena di usia itu, karir mereka belum mantap, penghasilan yang hanya cukup untuk sebulan, dan masih banyak hal yang perlu dipikirkan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.

Bila kita kaitkan pubertas dialami oleh anak yang berusia belasan tahun, baik laki-laki maupun perempuan dengan mereka yang memasuki usia 40 tahun adalah terlihat dari perubahan perilaku. Puber yang terjadi pada anak belasan tahun terlihat pada perubahan fisik mereka. Puber yang berasal dari kata "pubes" artinya rambut yang tumbuh di sekitar kemaluan. Selain terjadi perubahan fisik, pada anak laki-laki terjadi perubahan pada suara mereka.

Masa remaja adalah masa pubertas yang sarat dengan perubahan fisik yang menyebabkan munculnya perubahan cara berpikir, keterampilan menjalin relasi, dan pengelolaan emosi. Bila kita menyandingkan pengalaman usia paruh-baya (40 tahunan) dengan usia remaja, di mana pada usia paruh-baya juga terjadi banyak perubahan fisik. Namun perbedaannya adalah perubahan fisik yang terjadi pada usia paruh-baya ditandai dengan penyusutan kapasitas, sedangkan pada masa remaja, karakter utama perubahan fisik adalah penambahan kapasitas.

Pada awal abad ke-20, seorang psikolog Amerika G. Stanley Hall adalah orang pertama yang mendefinisikan pubertas sebagai bagian tersendiri dari perkembangan kehidupan manusia. Hall mengungkapkan, periode ini merupakan langkah awal dari efek evolusi manusia menuju jenjang pubertas yang permanen.

Seorang Psikoanalis, Sigmund Freud mengungkapkan bahwa masa pubertas sebagai periode "The Genital Stage'. Pada periode ini, dikarakteristikan sebagai muncul energi baru yang mendongkrak stabilitas dari tekanan seksual masa kanak-kanak. Kemudian dengan fokus pandangan baru yang lebih dinamis, sehingga dapat merubah pandangan seorang individu akan tubuh dan melihat perbedaan gender lebih ke arah ketertarikan seksual.

Perubahan fisik yang terjadi pada usia paruh-baya ditandai dengan bertambahnya upaya untuk melestarikan dan mempertahankan usia muda. Banyak kita lihat mereka yang berusia paruh-baya semakin meningkatkan frekuensi berolah raga, memperhatikan berat tubuh atau mengurangi kerut wajah semata-mata demi memperlambat proses penuaan. Perilaku seperti sering kita kaitkan dengan perilaku "genit". Bisa dikatakan demikian karena mereka yang berusia paruh-baya tersebut seolah menguji daya pikat mereka terhadap lawan jenis.

Sah-sah saja bila kita meningkatkan kewaspadaan ketika pasangan kita memasuki usia 40 tahun. Mengingat pada usia paruh-baya kekhawatiran akan bertambah rawannya pasangan terhadap godaan selingkuh, yang juga disebabkan oleh bertambah mapannya pasangan kita secara sosial dan ekonomi. Kemapanan cara berpikir maupun kehidupan ekonomi inilah yang justru menjadi daya tarik tersendiri bagi lawan jenis. Perlu anda ketahui begitu banyak mereka yang berusia muda justru mencari pasangan atau mendambakan memiliki pasangan yang telah matang secara sosial dan ekonomi. Mereka yang merindukan ketenteraman tentu akan dengan senang hati bila memiliki pasangan yang mampu memberikan ketenteraman.

Selain godaan berselingkuh, puber pada usia paruh-baya juga disebabkan karena faktor kebosanan dan perbedaan biologis antara pria dan wanita. Pada usia paruh-baya, aktivitas seksual terasa mulai kehilangan kesegarannya. Bila pasangan mereka tidak mampu memberikan kepuasan, cinta kasih atau memiliki komitmen yang kuat, perubahan yang terjadi pada usia ini berpeluang untuk masuknya godaan. Tak jarang, karena pasangan mereka juga mengalami masalah perubahan biologis. Perubahan biologis yang dialami wanita antara lain akibat proses menopause, sehingga tidak jarang gairah seksual berkurang dan kenikmatan seksual terganggu. Hal inilah yang terkadang memicu pria tergoda mencari wanita lain untuk memenuhi kebutuhan seksualnya dan wanita menerima uluran tangan pria lain karena kesepian dan haus kasih sayang serta perhatian.

Kembali kepada anggapan bahwa pada usia 40 tahun seseorang akan mengalami puber kedua, apakah hal ini mitos ataukah fakta? Bila kita katakan hal itu hanya mitos belaka, tentu saja bisa kita terima, karena tidak setiap orang mengalami hal tersebut. Tidak semua pria mudah begitu saja tergoda pesona perempuan lain. Namun bila kita katakan bahwa itu adalah fakta yang umum terjadi, tentunya ini akan menimbulkan rasa khawatir terhadap pasangan kita. Kecurigaan bisa saja muncul. Hal ini tentu bisa menjadi pemicu retaknya hubungan suami isteri. Bila mereka tidak waspada terhadap percikan-percikan tersebut bukan tidak mungkin hubungan mereka akan kandas dan berakhir dengan perceraian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun