Mohon tunggu...
Ella Zulaeha
Ella Zulaeha Mohon Tunggu... Self Employed -

Jadikan sabar dan sholat senagai penolongmu

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mencintai Itu Menyakitkan! Benarkah?

27 September 2011   12:26 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:34 523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13113202291442473698

Hubungan cinta yang terjalin suatu saat akan menemukan titik jenuh. Hal tersebut terungkap dari penelitian yang dilakukan oleh Researchers at National Autonomous University of Mexico mengungkapkan hasil risetnya yang begitu mengejutkan. Menurut penelitinya sebuah hubungan cinta pasti akan menemui titik jenuh, bukan hanya karena faktor bosan semata, tapi karena kandungan zat kimia di otak yang mengaktifkan rasa cinta itu telah habis. Rasa tergila-gila dan cinta pada seseorang tidak akan bertahan lebih dari 4 tahun. Jika telah berumur 4 tahun, cinta sirna, dan yang tersisa hanya dorongan seks, bukan cinta yang murni lagi.

Rasa tergila-gila yang muncul di awal jatuh cinta disebabkan oleh aktivasi dan pengeluaran komponen kimia spesifik di otak, berupa hormon dopamin, endorfin, feromon, oxytocin, neuropinephrine yang membuat seseorang merasa bahagia, berbunga-bunga dan berseri-seri. Akan tetapi seiring berjalannya waktu, dan terpaan badai tanggung jawab dan dinamika kehidupan efek hormon-hormon itu berkurang lalu menghilang.

Bagaimana reaksi kita ketika menerima kenyataan orang yang kita cintai tidak merasa nyaman berada di samping kita? Mungkin dia tidak begitu saja meninggalkan kita, namun dengan sikap dan perilakunya yang menunjukan rasa jenuh menyebabkan hati terluka. Ketika dia akhirnya hubungan itu kandas, hal itu akan sangat menyakitkan.

Para peneliti di Stony Brook University berpendapat bahwa seseorang yang mengalami kekecewaan saat hubungan cintanya kandas kemudian dia harus melupakan orang yang dicintainya, diibaratkan seperti seseorang yang diharuskan berhenti merokok dan melupakan adiksi terhadap zat-zat tertentu. Terdapat area pada otak yang aktif saat terjadi rasa sakit akibat kandasnya sebuah hubungan cinta, . Bagian itu juga terhubung dengan kebutuhan akan motivasi, reward, dan adiksi. Bahkan bagian otak tersebut menunjukkan kesamaan antara hubungan cinta yang kandas dan "sakaw" akan zat-zat tertentu. Hubungan cinta yang kandas akan terasa sakit karena kita punya ketergantungan terhadap hubungan.

Cinta merupakan salah satu pesan agung yang disampaikan Allah SWT kepada manusia sejak awal penciptaan makhluk-Nya. Dalam salah satu hadis yang diterima dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, "Ketika Allah mencipta makhluk-makhluk-Nya di atas Arsy, Dia menulis satu kalimat dalam kitab-Nya, ‘Sesungguhnya cinta kasihku mengalahkan amarahku.' (HR Muslim).

Cinta seorang manusia kepada manusia yang lain semata-mata karena cintanya terhadap orang tersebut, tentu akan banyak menimbulkan persoalan serius, seperti kekecewaan, amarah, penyesalan bahkan sakit hati. Sebab cinta manusia hanya bersifat sementara. Cinta yang muncul karena dorongan material dan hawa nafsu. Kedua hal inilah yang sering membuat manusia lalai dalam kenikmatan duniawi.

Jika kecintaan kita terhadap seseorang dilandasi karena kecintaan kita terhadap sang Pencipta manusia, kehidupan kita niscaya akan berjalan harmonis dan langgeng. Sebab cinta yang diajarkan Allah SWT adalah cinta yang berujung pada keabadian, karena Allah sendiri adalah Zat yang abadi dan tak pernah rusak. Keabadian, keharmonisan, dan kesejahteraan umat manusia akan tercapai jika cinta yang ada pada diri manusia ditujukan semata-mata hanya karena Allah SWT. CintaNYA yang mengingatkan manusia bahwa DIA tidak akan pernah mendahulukan amarah-Nya.

Mampukah kita mencintai pasangan kita semata-mata karena kecintaan kita kepada Allah SWT? Semoga kita termasuk orang-orang yang bisa mencinta semata-mata hanya karena mengharap cintaNYA.

**********

*Sumber: dari berbagai media

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun