Mohon tunggu...
Elis Solihati
Elis Solihati Mohon Tunggu... Dosen - Ibu Rumah Tangga

Lulusan Magister Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pelatihan Penguatan Pendidikan Karakter Melalui Penerapan Metode Sokratik bagi Guru SD

6 Oktober 2022   15:11 Diperbarui: 6 Oktober 2022   15:12 440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagai bentuk konsentrasi UPI terhadap Pendidikan di Indonesia, kali ini UPI  melalui tim Pengabdian Kepada Masyarakat (PkM) mengadakan pelatihan Pendidikan karakter berbasis permainan tradisional kepada guru-guru kelas dan guru Pendidikan jasmani di SD. Pelatihan yang dilaksanakan di kampus UPI Tasikmalaya, Jl. Dadaha No. 18 Kota Tasikmalaya itu diikuti oleh 20 orang guru dan 10 orang mahasiswa yang tergabung dalam tim pelaksana pengabdian. Kegiatan dipimpin secara langsung oleh Prof. Dr. H. Nandang Rusmana, M.Pd., Dr. Lutfi Nur, M.Pd.,MM.  sebagai tim narasumber dari kegiatan pelatihan ini. Kegiatan pelatihan dilaksanakan secara dua sesi utama yakni sesi pertama adalah sesi pemaparan teoritis dengan pemantapan terhadap latar belakang, kondisi, dan solusi terkait isu yang sedang menjadi kajian utama pelatihan. Kemudian, sesi kedua dilanjutkan dengan sesi pelatihan secara praktik.

Foto Sesi 1 Pemaparan Kajian Teoritis

System pelatihan dilakukan secara atraktif dan menarik kepada seluruh peserta, sehingga peserta mampu melakukan secara bertahap setiap sesi permainan tradisional  yang dilaksakan. Permainan tradisional yang dilatihkan dengan metode sokratik disetting seperti pos-pos penjelajahan. Dimana setiap pos terdiri dari satu permainan tradisional. Mulai dari egrang batok, egrang bambu, bakiak kelompok, balap karung, boy-boyan, gatrik, engklek atau sondah, lari balok dan lain-lain.

Metode yang berbeda dari sekadar pelatihan Pendidikan karakter dengan permainan tradisional ini yakni berbasis metode sokratik yang memfokuskan pada keterampilan pendidik sebagai pengamat, penolong, pemandu bukan pemberi pengetahuan dengan fakta dan kebenaran absolut, hafalan, tetapi guru membimbing siswa dengan dialog bersama antara siswa dan guru di mana keduanya bertanggung jawab untuk mendorong dialog ke depan melalui pertanyaan. Prof. Dr. Nandang Rusmana menjelaskan dalam pelaksanaannya pengajaran metode sokratik berbasis permainan tradisional menggunakan empat langkah kegiatan inti, yaitu: a) Eksperientasi (Experience); b) Identifikasi (Identify); c) Analisis (Analize); dan d) Generalisasi (Generalize).

  • Fase Eksperientasi atau disebut juga fase action adalah fase di mana guru melaksanakan kegiatan pembelajaran yang diarahkan pada upaya memfasilitasi siswa untuk mengekspresikan gerak mereka yang mengarah pada karakter yang yang ada pada masing-masing permianan sesuai dengan skenario yang telah ditetapkan sebelumnya.
  • Fase Idetifikasi adalah fase di mana guru melaksanakan proses identifikasi dan refleksi pengalaman selama proses pembelajaran. Pada fase ini siswa atau anggota kelompok diminta untuk bercermin atau melihat (look) ke dalam dirinya apa kaitan antara proses permainan dengan karakter atau sikap yang harusnya muncul. Pada tahap ini siswa diajak untuk mengungkapkan pikiran, perasaan yang terkait dengan proses eksperientasi. Pikiran dan perasaan yang diungkapkan oleh siswa merepresentasikan kondisi psikologis dan permasalahan yang dihadapinya.
  • Fase Analisis (analyze) adalah fase di mana siswa diajak untuk merefleksikan (reflection) dan memikirkan (think) kaitan antara permainan dengan kondisi perasaan yang dialaminya. Sehingga dapat digunakan untuk membuat rencana perbaikan terhadap kelemahan-kelemahan diri.
  • Fase Generalisasi (Generalitation) adalah fase di mana siswa diajak untuk membuat rencana (plan) perbaikan terhadap kelemahan yang dihadapi oleh siswa. Rencana perbaikan dapat diwujudkan pada permainan lain atau pembelajaran berikutnya

 

dokpri
dokpri
dokpri
dokpri

Foto sesi 2 Praktik Permainan Tradisional 

Harapannya, para guru-guru yang mengikuti pelatihan ini dapat mengimplementasikan kegiatan di sekolah masing-masing. Para guru yang sudah dilatih pada tahap 1 ini juga diarahkan menjadi leader di sekolah masing-masing untuk menyebarkan manfaat secara luas kepada para rekan guru yang lainnya. Peserta menyadari perannya begitu penting dalam proses pembelajaran karakter ini sehingga para peserta merasa bangga dapat mengikuti kegiatan ini. “Saya merasa menjadi orang terpilih sebagai pioneer dalam kegiatan ini, mudah-mudahan saya dapat melanjutkan estafet penyebaran manfaat dari pelatihan ini kepada pihak lainnya.” Tutur salah satu peserta.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun