Mohon tunggu...
Elisa Koraag
Elisa Koraag Mohon Tunggu... Freelancer - Akun Kompasiana ke dua

Perempuan yang suka berkawan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Cabut Nama Jalan Daendels di Selatan Jawa dan Tabalkan Nama Jalan Pangeran Diponegoro

13 Oktober 2019   13:53 Diperbarui: 13 Oktober 2019   14:02 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Diponegoro,   Perjuangan, Puisi  dan Nama Jalan

PERANG DIPONEGORO

Masa sekolah, kami pernah berguyon. Paling mudah Mengingat pelajaran sejarah adalah masa  Perang Diponegoro. Kapan? Usai magrib! Yup 18.25-18.30. Padahal yang dimaksud adalah tahun 1825-1830. Jujur, emang  waktu perang Diponegoro yang mudah diingat. Kalau ditanya lebih jauh apalagi, maka saya akan menjawab, tokoh yang berjuang bersama Diponegoro dan sosok siapa Diponegoro.

Diponegoro adalah pangeran. Beliau putra Hamengbubuwono III dari salah satu selirnya. Karena itu berdasarkan silsilah, Diponegoro tidak memiliki hak untuk menjadi Raja. Namun entah bagaimana, isu yang beredar, perang Diponegoro salah satu pemicunya adalah kehendak Diponegoro untuk menjadi Raja Jawa. Dari mana isu tersebut timbul? Ada yang bilang karena Diponegoro memerangi raja Jawa. Padahal kalau ditarik garis kebelakang atau ditelisik lebih jauh. Perang diponegoro bukan disebabkan pematokan lahan/perkebunan Diponegoro oleh Belanda.

Diponegoro yang dibesarkan  oleh sang nenek, Ratu Ageng, Permaisuri Hamengkubowono I. Diponegoro tumbuh menjadi anak  baik, sederhana dan dekat dengan rakyat.  (Pada perjalanan semasa remaja dan dewasa Diponegoro didamping pamanya, yaitu Mangkubumi dan Kiayi Maja. Istri Kiayi Maja adalah saudara pererempuan Hamengkubowono III (Ayah Diponegoro) Diponegoro  Sudah menyiapakan pasukannya sejak lama, Sejak harga dirinya meronta melihat penetapan pajak oleh belanda. Penetapan patok di lahan perkebunan yang melewati makam keluarga hanyalah pemicu.

Diponegoro memerangi kerajaan Jawa karena salah satu pamanya yaitu Patih Danurejo IV berpihak pada Belanda. Sejak adanya perjanjian Giyanti,  (1755) maka tidak ada lagi Kerajaan Mataram dan terbentuk kerajaan Yogyakarta dan Surakarta. Tahun 1577 Perjanjian salataga melahirkan Kekuasaan Mangkualam dan Pakualam. Pemecah belahan ini menyebabkan berkurangnya peran kerajaan dari sisi politik. Kerajaan melepasakan kegiatan berdagang dan menekuni agraria/pertanian & perkebunan. Otomatis Perdagangan dikuasai Belanda. Karena Perdagangan adalah salah satu komoditas politik.

Di mana peran Diponegoro? Diponegoro membiarkan lahanya dikuasai Belanda tapi tidak tinggal diam. Diponegoro  memerintahkan rakyat mengungsi ke Selarong, sedangkan Diponegporo dan penasehatnya ke Kali saka.

Di Selaraong (Goa) Diponegoro menyusun strategi. Perang Diponegero sangat luas, dari Jawa Barat, Jawa Timur, Rembang, Tuban, Bojonegoro, Madiun dan Pacitan. Gerakan ini disambut dengan semangat rakyat yang sudah lelah tertindas dan terjajah.  Perang Diponegoro tercatat sebagai perang luar biasa karena mampu membuat Keuangan Eropa saat itu goyah. Belanda berhutang  ribuan gulden untuk membiayayi perang melawan Diponegoro.

Sampai sini, mengapa gaung perjuangan Diponegoro seolah tak terdengar? Di Jakarta tepatnya di Monumen Nasional di salah satu pelatarannya dibangun Patung Diponegoro berkuda, sebagai bentuk penghargaan pada beliau. Juga ada nama jalan Diponegoro di Jakarta-Pusat.

PUISI

Chairil Anwar menuliskan puisi berjudul Diponegoro, jauh setelah perang Diponegoro. Tapi puisi yang Di tulis Februari 1943 dimuat di Majalah Budaya, Th III, No. 8/ bulan Agustus 1954, menurut saya sangat tepat/persis menggambarkan apa yang diperjuangkan Diponegoro. Setiap saya membacanya, baik untuk sendiri maupun utuk tampil depan umum, darah saya mendidih. Tubuh saya bergetar. Semangat Dipnegoro merasuki tubuh saya.  Padahal puisi itu di tulis Chairil Anwar berjarak lebih  100 tahun dari Perang Diponegoro (1825-1830) Berikut puisinya:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun