Mohon tunggu...
Elisa Koraag
Elisa Koraag Mohon Tunggu... Administrasi - Influencer

Saya ibu rumah tangga dengan dua anak. gemar memasak, menulis, membaca dan traveling. Blog saya dapat di intip di\r\nhttp://puisinyaicha.blogspot.com/\r\nhttp://www/elisakoraag.com/ \r\nhttp:www.pedas.blogdetik.com\r\n

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Cerdas Menyikapi Situasi Perekonomian

6 September 2018   13:21 Diperbarui: 7 September 2018   12:12 447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dulu,  Saya pernah berpikir, mengapa jika rupiah melemah dari dollar, otomatis harga-harga naik. Saya kesal dan marah. Saat itu Saya masih bekerja kantoran dan memiliki satu balita. Otomatis susu formula dan popok sekali pakai jadi kebutuhan utama.  Gaji tidak naik tapi pengeluaran naik, terutama kebutuhan anak. Khawatir? Pasti khawatir, apalagi diikuti  kelangkaan barang. 

Maka yang bisa diharapkan, biarlah mahal asal barangnya ada. Saya dan pasangan, mengkalkulasi kembali semua kebutuhan dan pengeluaran. Menghapus dan mengurangi yang bisa dikurangi/dihapus dari belanja utama. 

Bisa protes? Protes ke mana? Lebih PENTING berpikir bertahan Hidup Dan melalui krisis. Maka yang kami lakukan adalah menghapus/menghilangkan kebutuhan hiburan. Makan di luar, menonton di bioskop, belanja baju, kosmetik, menghemat listrik, dll. Sebagai pekerja kantoran Tak berseragam, Saya selalu memasukan anggaran beli baju, sepatu, tas dan kosmetik setiap bulan, secara bergantian. 

Namun dari semua itu, Hal besar yang Saya lakukan, mengubah gaya hidup dan  pola pikir. Lalu mengutamakan kebutuhan anak. Alhasil, Saya bisa melewati situasi krisis tersebut.

Saya yang terbiasa mengenakan baju kerja tidak akan berulang baju yang sama dalam kurun waktu 12 Hari, kini cuek. Karena Saya tahu, nggak Ada yang menghitung jumlah baju Saya. Begitu Juga dengan tas atau sepatu, Saya bisa punya lebih dari Dua tas/sepatu dengan warna sama tapi beda model. 

Saat itu, pemerintah menghimbau "pengencangan ikat pinggang". Upaya meredam kesalnya masyarakat. Nggak ngefek karena pejabat tetap berperut buncit.

Saya tetap mencari tahu, mengapa kenaikan dollar selalu diikuti kenaikan harga barang lain. Ternyata hampir semua produk yang diproduksi di Indonesia, belum 100% menggunakan bahan lokal. Jika bahan 100% lokal, mesin-mesinnya import. Artinya tetap Ada komponen biaya yang harus menyesuaikan.

Saya pun terus mencari, kenapa dan kenapa? Saya mendapat jaeaban, salah satunya, karena kerjasama dengan negara lain baik secara bilateral maupun multilateral dan mengikuti kerjasama dunia internasional. 

Dollar menguat terhadap banyak Mata uang, bukan cuma rupiah. Itu karena Perekonomian Amerika menguat. Bagaimana dengan Perekonomian Indonesia? Baik-baik saja. Karena Perekonomian Indonesia bukan cuma bergantung pada kerja dan kebijakan pemerintah tapi Juga bergantung pada sektor swasta dan investor.

Selama pemerintah bisa mengendalikan inflasi dan menjalani semua proyek Pembangunan termasuk ekspor-import, maka semua akan baik-baik. Barang-barang mudah didapat, keamanan terkendali, masyarakat nyaman beraktifitas maka kondisi melemahnya rupiah terhadap dollar pasti akan teratasi.

Nggak perlu memboikot apalagi Pakai ngajak-ngajak. Belajar dari krisis ekonomi puluhan tahun lalu dan Saya berada pada dituasi sekarang, Saya merasa baik-baik saja. Saat ini Saya sudah tidak bekerja kantoran. Saya pekerja lepas yang bebas mengatur waktu kerja karena bagi pekerja lepas yang PENTING selesai tepat waktu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun