Mohon tunggu...
Elisa Enjeli Simanullang
Elisa Enjeli Simanullang Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

“Menulis dan bercahayalah!” ― Helvy Tiana Rosa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tentang Aku di Jalur Undangan

11 April 2022   10:45 Diperbarui: 19 April 2022   13:20 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku berdiri di depan ruangan kantor Guru. Dengan rambut hitamku yang tergerai hingga sebatas pinggang, sepasang bola mata beriris dan hitam, dinaungi dengan bulu mata yang lentik. Guratan senyuman terpancar dari bibir ku, melihat wali kelasku yang berjalan menuju padaku. Ada kabar baik yang kudapat pagi ini. 

Aku menjadi salah satu siswa eligible dari sekolahku. Melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi adalah impianku sejak SMP. Hingga beberapa hari aku mengurus berkas ku, dan mengantarnya ke ruangan tata usaha.

Sambil menunggu pengumuman, aku juga mempersiapkan untuk bekalku di ujian SBMPTN nanti. Jujur, aku tidak memiliki banyak harapan di SNMPTN ini, karena terkadang hasilnya tidak sesuai dengan harapan kita. Ini lah hari yang di tunggu-tunggu, 23 Maret 2021.

 Aku bangun dari tempat tidurku, aku melangitkan doa ku pada yang Kuasa. Usai melakukan rutinitas pagi, aku menyiapkan hidangan untuk satu hari ini. Langkah kakiku menuju kamar mandi dan aku membersihkan badanku, aku meratapi wajahu di cermin itu, wajahku murung dan terlihat sedih. 

Bisikku dalam hati, "ada apa ini? tidak biasanya aku seperti ini". Huff, kuhela nafasku panjang. Tiba-tiba, Ibu muncul dari ruang tengah. Ibu menitipkan beberapa pesan, dan berpamitan karena mereka akan berangkat ke Samosir untuk mengahadiri pesta keluarga. Bibirku enggan memberikan senyuman, tapi aku memaksa hal itu. Untuk kesekian kalinya aku tinggal sendirian di rumah. 

Sepi, aku bosan memulai hari ku, rasanya jam dinding sangat lambat berdetak, jenuh rasanya.

Kuraih ponsel di atas meja belajarku, aku mengarah pada aplikasi you tobe dan membuka renungan untuk persiapan mentalku di saat pengumuman akan tiba. Akhirnya, aku sedikit lega dan pikiranku tenang. Aku memutuskan keluar rumah untuk menghilangkan rasa jenuhku.

 Aku mendapati di halaman rumahku seorang Nenek tua. Kira-kira dia sudah berumur 80-an tahun. Tangannya yang sudah keriput memegang erat cangkul, dan membawa ember berisikan pupuk kandang. Aku menghampirinya, dan berbicara padanya.

Katanya, dia hendak ke ladang dengan berjalan kaki. Hatiku mendadak bergerak sesuai naluri untuk membantunya membawa ember nya. Kupegang erat tangannya yang sudah keriput, namun masih berusaha tetap kuat. Keputusanku untuk ikut keladang nenek itu, membuatku bisa memanfaatkan beberapa jam waktu ku sambil menunggu pengumuman untuk SNMPTN.

Saat kaki ku melangkah kecil sambil membantu nenek itu berjalan, aku melihat guratan senyum dan wajahnya nampak girang. Matanya berkaca-kaca, tangannya menuju pundakku dan menatapku

" aku tidak memiliki uang, anakku" katanya padaku

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun