Mohon tunggu...
Elisabet Riski T
Elisabet Riski T Mohon Tunggu... Lainnya - Aksara Puan

Pemimpi yang penuh ambisi

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Penantian

24 Oktober 2020   03:24 Diperbarui: 12 Oktober 2021   11:35 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: ships in port

Penantian

Oleh Elisabet Riski Titasari

/s e b a g i a n  t e k s  h i l a n g/
Rindu menyantap semangkuk sup ayam,
sambil memandang hujan di balik jendela,
saling menggenggam ketika dingin menghampiri,
dan berpeluk mesra.
Oh...tiadakah dapat terulang?
Duhai kekasih, hatiku bagai padang kering,
tandus tiada berbunga,
pun pepohonan meranggas tiada tersisa.
Aksara ini mewaliki rindu yang menggebu,
tiada terbendung meski waktu enggan memberi restu. -Madaharsa-


Surat yang kuterima setahun yang lalu,

masih tersimpan rapat di dompet biru,

yang kau belikan di pasar minggu.


Katamu rindu menggerogoti kalbu,

sampai timbul candu,

yang menggerutu.


Tanjung Mas menyimpan cerita,

kala kurapikan kerah kemeja,

dan memasangkan dasi jingga.


Sambil berbisik kau katakan,

segera pulang dan kembali dalam pelukan,

manis kecupan tertancap diingatan.


Kau selipkan secarik kertas,

dengan kata manis yang terus membekas,

penantian segeralah lekas.

(24/10/20)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun