Mohon tunggu...
ETe UmbuTara
ETe UmbuTara Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Penulis dan freelance photographer

Bergiat sebagai penulis dan fotografer.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Siapkan Kebun Keluarga untuk Mencegah "Stunting"

26 Oktober 2017   11:40 Diperbarui: 26 Oktober 2017   21:24 4650
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sekitar 8,8 juta anak Indonesia menderita stunting (tubuh pendek) karena kurang gizi. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 mencatat angka kejadian stunting nasional mencapai 37,2 persen. Angka ini meningkat dari 2010 sebesar 35,6 persen. Di NTT sendiri lebih dari 50 persen anak yang menderita stunting.

Stunting adalah masalah gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu lama, umumnya karena asupan makan yang tidak sesuai kebutuhan gizi. Stunting terjadi mulai dari dalam kandungan dan baru terlihat saat anak berusia dua tahun.(1)

Hasil gambar untuk data stunting di indonesia 2017 | sumber: Riskesdas
Hasil gambar untuk data stunting di indonesia 2017 | sumber: Riskesdas
Stunting sendiri, Menurut Tuft (2001) dalam The World Bank (2007) stunting disebabkan oleh tiga faktor yaitu faktor individu yang meliputi asupan makanan, berat badan lahir, dan keadaan kesehatan; faktor rumah tangga yang meliputi kualitas dan kuantitas makanan, sumber daya, jumlah dan struktur keluarga, pola asuh, perawatan kesehatan, dan pelayanan; serta faktor lingkungan yang meliputi infrastruktur sosial ekonomi, layanan pendidikan dan layanan kesehatan. (2)

Tidak dapat dipungkiri bahwa kebanyakan masyarakat pada saat harga pangan naik di pasar maka medorong masyarakat untuk mengonsumsi makanan murah, seperti mie instan yang memiliki kandungan gizi sangat rendah atau mengurangi jatah makanan sehingga makan satu jenis sayur saja misalnya.

Dengan demikian jika dalam sebuah rumah tangga ada ibu hamil atau anak di bawah dua tahun maka kemungkinan besar kondisi stunting dapat terjadi kepada anggota keluarga tersebut jika terus mengonsumsi makanan dengan kandungan gizi rendah. Banyak artikel telah menulis bahwa stunting dapat menyebabkan IQ anak menjadi rendah dan rentan terhadap obesitas

Untuk mencegah stunting, tentu saja pemerintah sudah berupaya secara berkelanjutan untuk mengatasi hal ini, seperti melakukan penyuluhan dan sampai kepada bantuan makanan bergizi bagi ibu hamil. Namun kesadaran akan risiko stunting dan cara mencegahnya harus datang dari tiap-tiap rumah tangga.

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa konsumsi protein berpengaruh pada pertambahan tinggi dan berat badan anak di atas 6 bulan. Anak yang mendapat protein 15 persen dari total asupan kalori ternyata memiliki badan yang lebih tinggi dibandingkan anak yang hanya mendapat protein 7,5 persen dari total asupan kalori. 

Sumber protein sendiri bisa diperoleh dari nabati (kacang-kacangan, umbi-umbian, biji-bijian, dan sayuran) dan hewani (daging sapi, ayam, ikan, telur, dan susu) (3) Karena itu, Salah satu solusi untuk asupan protein melalui sayur-sayuran dapat dilakukan dengan pertanian rumah tangga.

Bercocok tanam tidak harus dengan lahan yang luas. Lahan yang sempit pun tidak masalah dengan menggunakan polybag berukuran sesuai. Ada banyak jenis tanaman-tanaman dengan kandungan proteinyang ramah di tanam di pekarangan rumah seperti tanaman-tanaman berikut:

1.Bayam

Bayam adalah salah satu jenis sayuran berdaun hijau yang selain kaya akan kalsium, juga kaya akan protein. Secangkir bayam yang sudah diolah sama dengan tiga gram protein. (3) Budidaya bayam juga tidak sulit. Hanya dengan disemai di media tanah dengan perbandingan 2:1 (tanah: pupuk kandang).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun