Mohon tunggu...
ETe UmbuTara
ETe UmbuTara Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Penulis dan freelance photographer

Bergiat sebagai penulis dan fotografer.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Masih Ada Sorgum di Antara Kita

23 September 2017   16:16 Diperbarui: 25 September 2017   01:55 4239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sorgum Merah milik Pak Ferdi Ati. Klub Dalen Mesa, Desa Uitiuhana, Kecamatan Semau selatan (Dokumentasi Pribadi)

Tidak dapat dipungkiri bahwa beras telah menjadi kebutuhan pokok masyarakat Nusa Tenggara Timur dari tahun ke tahun. Kebutuhan pangan beras yang besar sedangkan ketersediannya yang terbatas dalam negeri akhirnya mendorong pemerintah untuk mencukupi kebutuhan pangan beras dengan mengimportnya dari luar negeri. Setiap tahun bisa terjadi peningkatan akan.import beras,karena itu sangat penting masyarakat menyadari pentingnya Kedaulatan pangan bagi ketahanan pangan masyarakat sendiri.

Istilah kedaulatan pangan sendiri mungkin asing bagi sebagian masyarakat atau ada yang mengira bahwa kedaulatan pangan sama dengan ketahanan pangan. Kedaulatan pangan sendiri memiliki arti bahwa masyarakat berhak untuk mengatur apa yang hendak ia tanam di lahan bagi kebutuhan rumah tangganya. Dengan kesadaran masyarakat akan hal ini maka masyakarat tidak akan lagi mengalami kekurangan pangan dalam.rumah tangga.

Salah satu daerah yang menangkap visi ini adalah Semau selatan. Walaupun belum semua masyarakat melaksanakan visi kedaulatan pangan ini,namun pada perkunjungan saya melalui kegiatan Visit and Tour ke Semau selatan kami dibawa untuk melihat pemanfaat Lahan yang dilakukan oleh klub pegiat pangan lokal yaitu Klub " Dalen Mesa" yang artinya satu hati yang terletak di di desa Uitiuhana, Kecamatan Semau selatan.

Kelompok tani ini mulai menggalakkan kembali Tanaman lokal di lahan pertanian mereka. Salah satunya adalah sorgum. Sorgum sendiri telah lama hilang dari lahan petani. Bekerja sama dengan Badan ketahanan pangan pemerintah Kabupaten Kupang dan pendampingan yang teratur dari Perkumpulan Pikul maka petani berani untuk membudidayakan kembali tanaman ini. Sayangnya, tidak semua masyarakat mau mengambil bagian dalam budidaya tanaman ini. Namun hal ini tak menurunkan niat Bapak Ferdi Ati untuk menggunakan lahannya untuk memanfaatkan tanaman ini, dan hasilnya sudah bisa dinikmati. Sorgum yang di tanam oleh Pak Ferdi Ati terdiri dari tiga jenis Sorgum, Sorgum merah,Sorgum hitam dan Sorgum putih.

Yang menjadi keuntungan di dalam budidaya Sorgum sendiri menurut pak Ferdi adalah budidaya Sorgum sendiri hanya membutuhkan anggaran yang kecil dan perawatan yang tidak terlalu intensif tapi hasilnya sangat memuaskan. Selain itu Sorgum sendiri dapat dipanen lebih dari sekali  dalam sekali tanam dan tidak bergantung pada musim. 

Pak Ferdi dan Istri sudah menikmati hasil panen Sorgum (Dokumentasi Pribadi)
Pak Ferdi dan Istri sudah menikmati hasil panen Sorgum (Dokumentasi Pribadi)
Melihat keuntungan-keuntungan yang diperoleh ini maka pandangan masyarakat yang menganggap bahwa Sorgum hanyalah pakan ternak harus di tepis. Karena pada dasarnya Sorgum bisa menjadi pengganti beras. Sorgum sendiri dapat di ditanam berotasi dengan jagung ataupun padi sehingga kebutuhan masyarakat akan pangan sebagai sumber energi dapat terpenuhi. Kelemahan Sorgum sendiri yang bersifat tanin menjadi bahan perdebatan, namun beberapa peneliti telah berhasil memecahkan sifatnya ini, dengan membuat komposisi makanan yang dicampur dengan Sorgum.

Bahkan menurut BPTP Bali yang telah melakukan beberapa pengkajian diantaranya adalah dengan mengolahnya menjadi kue kering dan mie kering. Tak hanya gluten free, beberapa senyawa fenolik sorgum diketahui memiliki aktivitas anti oksidan, anti tumor dan dapat menghambat perkembangan virus sehingga bermanfaat bagi penderita penyakit kanker, jantung dan HIV-1. (Sumber)

Melihat keuntungan yang ditawarkan oleh Sorgum dan potensi lahan yang sesuai seharusnya budidaya sorgum tidak hanya menjadi wacana setiap tahun. Langkah kecil dapat dimulai dengan mendorong petani memberi sebagian lahan pertanian mereka untuk membudidayakan tanaman ini.

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun