Indonesia menuju usia emasnya pada tahun 2045. Seiring pertumbuhan usia bangsa, banyak pula tantangan yang akan dihadapi bangsa Indonesia. Sehingga, perlu adanya adaptasi dan transformasi dalam menyiapkan manusia Indonesia menyambut Indonesia Emas 2045, salah satunya dengan kunci pendidikan.
Perubahan merupakan sebuah keniscayaan dan tidak bisa dihindari. Hal itu juga diungkapkan oleh Mohammad Ali, inisiator penulis buku Pendidikan Menuju Indonesia Emas. Jelasnya, dalam pendidikan terdapat dua dimensi yaitu konservatif dan antisipatif. Pendidikan konservatif merupakan pendidikan yang tidak berubah dan dipertahankan seperti pendidikan Pancasila dan kebudayaan. Sementara pendidikan antisipatif merupakan perubahan kompetensi yang mengadaptasi kebutuhan zaman. Sehingga pada akhirnya, menurutnya, tumbuh manusia Indonesia yang berkarakter dan berdaya saing.
Paradigma pendidikan konservatis bermula dari suatu konstruksi filosofis yang lebih banyak berkiblat pada aliran filsafat pendidikan perenialisme dan essensialisme. Konsep-konsep dasar tentang berbagai unsur pendidikan cenderung bersifat statis serta kurang mampu mengakomodir pandangan-pandangan baru(eksklusif). Orientasi pendidikan konservatif adalah untuk mempertahankan nilai-nilai normatif yang telah mapan (status quo). Pendidikan tidak jauh beda dengan proses transfer nilai yang kemudian dijadikan sebagai pedoman hidup.
Pada era globalisasi, kemajuan sekolah merupakan esensi dari pengelolaan sekolah melalui pemeliharaan mutu, responsif terhadap tantangan dan antisipatif terhadap perubahan-perubahan yang serba cepat dan menjadikan gejolak dalam kehidupan. Hal ini memacu dan mendorong para praktisi, birokrat, dan akademisi pendidikan untuk berpacu mengembangkan strategi perubahan dan kebijakan antisipatif sehingga mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan baru dengan tetap memegang teguh nilai-nilai jati diri bangsa yang terpelihara.
Penulis: Elisabeth Widiastuti