Mohon tunggu...
Elisabeth Rukmini
Elisabeth Rukmini Mohon Tunggu... Dosen - Educator

Experienced Lecturer with a demonstrated history of working in the education management industry. Skilled in Mentoring, Strategic Planning, Data Analysis, Lecturing, Public Speaking, Microsoft Office, and Research. Experienced educational researcher concentration in active learning and higher educational policy. Strong education professional with a Doctor of Philosophy (Ph.D.) focused in Chemistry education from Miami University. In January 2021, I added one more skillset which is Social Impact Measurement. I am a "Level 1 Associate Practitioner." Level 1 Associate Practitioner status is the first step of the SVI Practitioner Pathway, in which Practitioners develop their skills, knowledge and practice in social value, impact management and the practical application of the SVI framework in social impact assessment and Social Return On Investment (SROI).

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kita Temukan Cara Kita

10 Oktober 2021   19:13 Diperbarui: 10 Oktober 2021   19:15 553
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Yang termuda dari semuanya adalah Alvin, mahasiswa Angkatan 2020 PTS ternama di Jakarta. Tidak pernah bertemu guru sejak Maret 2020. Setelah kelulusan secara daring dari SMU, ia diterima di universitas. 

Masa orientasi mahasiswa baru dan kuliah dilakukan sepenuhnya daring. Padahal, jurusan yang diambilnya memerlukan keterampilan laboratorium kimia dan biologi. Apa boleh buat, seluruh keterampilan itu ditunda sampai kondisi memungkinkan mahasiswa ke kampus.

Kisah Kristi diputus kerja karena restrukturisasi akibat pandemi. Namun, dengan gigih dan jejaring terbaik, ternyata ada pekerjaan yang tidak pernah ia pikirkan kalau tidak pandemi dan tidak diputuskerjakan. 

Dua bulan setelah pemutusan kerja itu, ia diterima di perusahaan bergengsi bidang kehumasan. Perusahaannya memikirkan kesehatan mental karyawannya dengan menyediakan layanan psikologi. Layanan sudah dimulai sejak 2020 bahkan sebelum perusahaan lain memedulikan kesehatan mental sepanjang BDR. 

Sungguh suatu berkat. Kini, tak hanya bekerja sesuai renjananya, Kristi merasa lebih sehat, dapat mengelola beban masa lalu yang baru disadarinya tak pernah sungguh-sungguh dia letakkan.

Lain pula kisah Novi, seorang analis data sebuah perusahaan farmasi raksasa. Awalnya, ia merasa BDR adalah cara kerja yang ia idamkan. Tinggal di apartemennya dan menikmati kerja jarak jauh serta memberdayakan timnya melalui internet. 

Sampai suatu saat, ia merasa membutuhkan bertemu orang. Karena tinggal sendirian, maka untuk sekedar berbincang ringan, ia datang ke pos satpam apartemen. Ia katakan: "Ternyata saya yang introvert saja, masih butuh bertemu dengan manusia lain untuk sekedar bisa waras." Benar.

Nugi, dari Solo, menyelesaikan sebuah kit praktikum spektroskopi sederhana untuk pembelajaran kimia SMU. Ia memperkenalkan alatnya melalui kanal YouTube-nya. 

Kini, Nugi sedang dalam masa wawancara untuk menjadi guru kimia, menghidupi renjananya. Dalam masa pandemi, Nugi berkenalan dengan dua dosen di luar universitasnya serta mempublikasikan satu artikel tentang Pancasila dan kewarganegaraan global di jurnal nasional terakreditasi.

Lia, mahasiswa PTS di Yogyakarta, sempat berkenalan dan mendapatkan pembimbing baru yang memintanya menulis artikel bersama. Melalui pembimbing ini, ia berjejaring dengan dosen kimia di Rutgers University, AS. Bertiga, mereka menulis artikel dalam jurnal ilmiah internasional bidang pendidikan kimia.

Ada banyak cara untuk menikmati BDR dan tetap waras. Untuk kewarasan kita temukan cara kita yang sebetulnya tak luar biasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun