Mohon tunggu...
Elisa Immanuel Ananta
Elisa Immanuel Ananta Mohon Tunggu... Lainnya - SMA N 2 Magelang

Elisa Immanuel Ananta XI MIPA 1 /11

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Senja untuk Bara

20 November 2020   12:36 Diperbarui: 20 November 2020   12:37 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Seorang anak kecil melihat senja yang indah di langit langit semesta.Memang tak ada yang lebih indah dari sinar senja. Sinar jingganya akan selalu meninggalkan kenangan pada esok hari. 

Senja menjadi momen di mana banyak menyimpan arti mendalam bagi sebagian orang. Senja kerap melahirkan kenangan, senyum, rindu , bahkan air mata. Seperti Bara, seorang anak kecil yang merindukan seorang ayah di dalam hidupnya. Hidupnya terasa hampa hingga saat ini, tak ada sosok figure yang dapat melindungi dia dan keluarganya.   Tapi tak apa dia bisa menjadi seorang yang kuat untuk kebahagian keluarganya.
"Sudah mendekati jam maghrib, aku harus segara pulang ke rumah," kata bara sambil membawa tas punggung nya.

Disaat perjalanan pulang, Bara melihat keluarga kecil yang sangat Bahagia. Ada seorang ayah, ibu dan 2 anaknya yang berjalan menuju sebuah mobil mewah, yang ia tebak adalah mobil dari keluarga tersebut. Mereka tersenyum , dan bercanda tawa. Pemandangan itu membuat Bara merasa iri. Bara  ingin sekali kehidupannya seperti keluarga itu. Merasakan bahagia dengan anggota keluarga yang komplit ,hidup kaya dan tidak perlu memikirkan 'nanti mau makan apa ya dengan uang segini'. Semua serba berkecukupan. Bara berharap di kehidupan masa depannya, Ia dapat mewujudkan itu semua.
" Ingin sekali seperti keluarga itu, bisa gak ya aku jadi kaya gitu ? harus bisa dong!" batin Bara dengan penuh semangat dengan meyakinkan diri bahwa dia bisa membuat keluarganya dan kehidupannya akan Bahagia.

Sesampainya di depan rumah, ia mencari ibu nya dan adiknya. Ternyata mereka sedang membuat kue untuk jualan di hari besok dengan canda tawa, seolah olah mereka tidak merasakan Lelah pada tubuhnya. Padahal Bara tau di balik canda tawa itu, terdapat rasa sedih dan lelah pada mereka, terutama pada ibu yang sangat berarti di hidup Bara. Ibu bara seorang penjual kue pesanan dari orang-orang, selain itu ibu bara menjadi buruh cuci, setrika pakaian, dan bersih bersih di rumah orang orang. Meskipun lelah Ibu bara tetap melakukan perkerjaan nya tersebut dengan sukacita, tak  pernah mengeluh untuk sedikitpun. Hal itu yang membuat Bara semakin semangat untuk belajar dan bekerja membantu ibunya setiap hari. Ia ingin membanggakan dan menaikkan derajat keluarganya. Membahagiakan ibu bapak yang sudah berjuang untuk dirinya.  

"Wah,harum sekali aroma kue kukus itu," Kata Bara sambil menyalimi dan mencium tangan ibu nya.
"Bara, anakku, kenapa baru pulang ? aku sudah menunggumu dari tadi," tanya ibu.
"Aku tadi melihat senja sebentar bu, rasanya sangat tentram sekali melihat senja," jawab Bara.
" Kamu ini sangat suka sekali dengan senja. Sama seperti bapakmu dulu, yang setiap hari melihat senja. Eh, Sudah sana cepat ambil handukmu, dan langsung mandi. Jangan lupa pakaian kotor langsung di cuci dan di jemur,"  perintah Ibu.
" Baik ibu, aku mandi dulu " jawab Bara melakukan kata kata ibu nya.  Setiap hari bara membantu ibunya termasuk mencuci pakaian kotor dirinya sendiri. Mencuci lalu menjemur nya sendiri.

Setelah mandi, Bara langsung menyusul ibunya, yang sedang menyusun makanan untuk keluarga kecil nya. Setelahnya  Ibu bara menyuruhnya untuk makan malam Bersama sama dengan ibu dan adeknya.  Makan malam kali ini terasa sangat menyenangkan. Ibu bara memasak makanan enak kali ini, ya makanan kali ini lele goreng ditambah sambal bawang. Sederhana memang, tapi sangat enak bagi bara. Bara makan dengan banyak sekali, membuat Ibu bara senang melihat anaknya makan dengan lahap.
"Wah perutku besar sekali kali ini, " canda Bara dengan tawa Ibu dan Adek bara.
" Hahaha, keliatannya Kak Bara hamil deh, besar banget perutnya, " jawab Lili, adek Bara.
"Sembarangan, perut ku ini besar karena masakan ibu yang sangat sedap sekali. Sampai rasanya perutku mau meletus saja," kata Bara sambil mengelus-ngelus perutnya yang memang agak membesar.
" Widih bener banget, masakan ibu terenak dari segala masakan. Perutku juga rasanya kenyang sekali. Terimakasih bu, lele nya enak banget,"  jawab Lili.
"Wah iya, terimakasih banyak ibu," kata Bara.
"Sama sama Bara, Lili. Melihat kalian makan dengan lahap membuat ibu merasa senang sekali. Doakan ibu ya, supaya selalu bersemangat bekerja, dapat uang banyak, bisa beli banyak kebutuhan buat kita bertiga," kata Ibu.
" Kami selalu doakan ibu di setiap saat bu," jawab Bara dengan yakin.
"Ah,sayang banget sama ibu," kata Lili sambil memeluk Ibu Bara.
"Aku juga mau meluk ibu dong," jawab Bara dengan mengikuti Lili untuk memeluk Ibu bara.
"Ibu sayang kalian bara, lili," kata Ibu sambil membalas pelukan kedua anaknya.
" Kami lebih sayang sama ibu," jawab mereka berdua dengan tawa Bahagia.

Malam pun tiba , ibu sudah selesai membuat kue pesanan tetangga. Bara mengajak ibunya dan adeknya duduk beristirahat di ruang tamu yang merangkap sebagai ruang keluarga. Ditemani tiga cangkir teh hangat dan kue kukus sisa bikinan untuk pesanan tetangga. Mereka mengobrol tentang apa saja kejadian dan kesibukan mereka hari ini, dengan sesekali melihat tv yang sudah jadul di jaman sekarang. Ibu bercerita bahwa tadi ia mendapatkan banyak pekerjaan di orang-orang, banyak yang memintanya untuk mencuci, dan menyetrika pakaian, ada juga yang meminta untuk dibersihkan rumahnya. Kue pesanan ibu juga lumayan banyak.

Ibu sangat Bahagia saat mendapatkan banyak pekerjaan tersebut, karena dari situ ibu dapat uang banyak dan uang itu bisa dibuat beli lele untuk makan sore yang digabung dengan makan malam. Karena biasanya kita hanya makan sayur-sayuran yang murah. Dari hal hal kecil seperti ini, kami sangat bersukur. Semoga untuk kedepannya berkat semakin melimpah bagi keluarga kami.  Sekarang waktunya Lili yang bercerita,
" Ibu, Kak Bara, tau ga ? " kata Lili.
" Tau apanya Lili, kamu aja belum kasih tau kita. Mana kita tau yang akan kamu ucapkan," jawab Bara dengan tawa dari ibu.
" Aish, iya juga ya. Jadi gini gini. Tadi itu ada murid baru bu. Pindahan dari Jakarta. Dia  ganteng banget bu. Namanya siapa ya, Lili lupa. Eh, kalau ga salah, namanya Ferren deh bu. Dia itu pinter banget bu. Masak setiap guru menanyakan jawaban dari soal yang guru itu berikan, Ferren selalu bisa jawab bu. Ih Lili pengen banget bisa kaya Ferren. Padahal Lili udah belajar setiap hari, tapi kok ga bisa kayak Ferren ya bu ? " kata Lili.
"Lili ga boleh patah semangat dong. Lili harus semangat, belajar nya di giatkan lagi. Berteman lah dengan Ferren. Main bareng bareng ya. Belajar bareng juga, biar kamu juga ketular pinternya Ferren," Jawab ibu.
" Dih Lili mana bisa kayak Ferren. Ya ga dek ?"sela Bara.
" Kak Bara kalo ngomong suka bener. Eh maksudnya, suka ga bener. Lili bisa dan sanggup jadi kayak Ferren yang pinter. Lili bakal berusaha belajar terus, berusaha dan berdoa setiap hari. Lili pasti bisa rangking 1 lagi kayak tahun kemarin. Dan Ferren  jangan sampe ngrebut rangking 1 itu dari Lili. Lili sedih kalo ga bisa rengking 1 lagi," jawab Lili.
" Nahh itu tau. Kalau ga mau sedih ya belajar terus, jangan lupa bantu bantu ibu juga, " jawab Bara.
" Oh kalo masalah bantu membantu ibu, harus dong. Eh, ibu tau ga ? tadi Lili dapat uang dari bu guru karna Lili dapat nilai 100 pelajaran ipa bu. Lili seneng banget tadi. " kata Lili.
" Oh ya, Lili pinter banget. Dipertahankan ya li. Jangan lupa uangnya di tabung ya." Kata ibu.
" Iya bu, lili pasti tabung " jawab Lili.
Kami melanjutkan menonton tv karena sekarang ada film bagus. Lili dan ibu suka sekali liat film itu. Jadi pembicaraan kami terhenti sebentar. Ditemani dengan  teh hangat buatan ibu untuk teman nonton film.

Satu jam lamanya kami menonton TV sudah saatnya kita bertiga untuk mengistirahatkan diri kami bertiga. Sebelum beristrirahat, ibu melanjutkan pembicaraan tadi tentang kejadian dan kegiatan apa saja pada hari ini. Dan sekarang giliran Bara yang bercerita.
" Bara, bagaimana hari ini ? apakah kamu bahagia ?" tanya ibu.
" Bara Bahagia masih bisa bareng bareng sama Lili sama ibu. Bara bahagia masih bisa makan enak hari ini. Bara Bahagia bisa lihat senyum ibu sama Lili. senyum kalian bahagianya Bara. Tadi Bara ke sekolah bareng sama Doni, temen bara dari SMP dulu. Bara ga tau kalau Doni satu sekolah sama Bara. Tapi Doni yang sekarang baik banget bu. Dulu Doni suka mengejek Bara. Dan tadi saat berangkat sekolah, Doni ngajak bara bareng sama dia buat berangkat bareng," kata Bara.
"Bagus dong kak berarti. Kak Doni udah sadar kalau mengejek orang itu sebenarnya ga ada manfaatnya sama sekali. Malah buat rugi orang lain sama dirinya sendiri. Udah buat orang sakit hati dan dianya sendiri nambah dosa," kata Lili.
" Nah iya bener kamu Li. Gak nyangka aja sama Doni bisa berubah tiba tiba kayak gitu. Tapi di satu hal Kak Bara jadi bersyukur punya teman baru yang otomatis pertemanan kak Bara bertambah," jawab Bara.
" Tapi ingat satu hal Bara, tetap berhati hatilah saat berteman, kamu harus bisa memilih mana yang baik dan yang jahat. Berani untuk berkata tidak jika kamu merasa hal itu salah bagi kehidupan mu. Jangan mau masa depan mu dan kehidupanmu jadi buruk saat kamu tidak berani berkata tidak. Jangan tidak enakan dengan orang lain. Tetap jadi diri sendiri yang apa adanya. Ingat hal itu Bara,"kata ibu.
" Baik bu. Untuk kedepannya Bara akan lebih berhati hati saat berteman," kata Bara.
" Bara, tadi saat kamu pulang ibu melihat muka mu sedikit murung. Ada apa bara ?" tanya  ibu.
" Oh tadi, sebenarnya saat bara pulang dari melihat senja, Bara melihat keluarga yang penuh dengan tanda tawa. Seakan akan tak ada hal yang menganggu mereka. Tertawa lepas tak ada beban. Saat itu Bara jadi merasa rindu sama Bapak. Sudah 2 tahun ini kita di sini tanpa bapak. Sedih rasanya bu, biasanya kita bareng bareng sama bapak. Makan bareng, nonton tv bareng, tidur bareng. Rindu saat saat seperti itu. Saat Bara melihat senja, Bara juga kangen sama bapak, lihat senja bareng bareng sama bapak. Bapak pasti ga lupa bawa kopi dari rumah buat kita nikmati di sana sambil ditemani semburat senja yang indah. Bara sedih sekali bu mengingat kenangan indah Bersama bapak. Bara juga ingin seperti mereka yang ingin sesuatu tinggal beli. Tanpa harus memikirkan berapa harga barang itu. Punya mobil mewah. Kemana mana ngga harus nyari angkutan umum dulu. Tinggal bawa mobil udah bisa kemana mana, " kata Bara menjelaskan.
" Kak bara, Lili sama ibu juga kangen sama Bapak. Tapi Lili tau, bapak selalu  ada dengan kita. Kakak tau, bapak ada di mana? bapak ada disini kak," kata Lili sambil menunjuk dada Bara.
" Benar kata Lili, Bara. Bapak ada di hati kita bertiga. Selalu menemani kita bertiga di setiap saat. Besok Bara dan Lili libur kan ? ikut ibu ya besok," kata Ibu.
" Iya bu." Jawab Lili dan Bara.
"Sekarang waktunya kita beristirahat. Ayo kita ke kamar," ajak ibu.
" Baik bu," kata Lili menyusul ibunya ke kamar untuk beristirahat.

Pagi pun tiba. Sesuai janji ibu, bara dan lili di ajak ibu untuk berkeliling di sekitar rumah ibu bara. Mereka ertiga bercanda tawa dan saling melemparkan lelucon yang menyenangkan. Mereka membeli sedikit cemilan dan roti untuk dimakan saat berkeliling. Sampai pada jalan raya di daerah dekat mereka, ibu menyuruh bara dan lili untuk duduk di sebuah bangku.
"Lihatlah anak berbaju merah didekat lampu merah itu, mereka sudah tidak punya orang tua, hidup anak itu hanya sebatang kara, hanya ditemani oleh  teman teman nya saja. Dia makan dan minum dari uang yang didapatkan dengan mengamen di jalanan. Dia tidur beralaskan kardus di depan toko toko yang tutup. Tetapi mereka menikmati kehiduppannya, mereka selalu bersukacita, meskipun hidupnya saja kesusahan. Bara Lili, kalian seharusnya bersyukur, masih diberikan orang tua di kehidupan kalian, meskipun bapak kalian sudah Bersama Tuhan, tapi kalian masih punya ibu yang sayang dengan kalian. Memang , hidup kita sederhana, tapi dari kesedarhanaann itu kita bisa saling menguatkan. Contolah anak itu, tidak mengeluh di setiap kesusahannya. Selalu berdoa kepada Tuhan untuk diberikan keselamatan, berkat, yang terbaik untuk kita bertiga. Sekarang berilah cemilan dan roti ini kepada anak itu. Semoga cemilan dan roti ini bisa bermanfaat untuk nya, walau Cuma sedikit," kata ibu menjelaskan.
" Baik bu, akan aku berikan untuknya. Ayo dek," kata Bara.
" Ayo. Eh, Ibu tunggu sini ya, jangan kemana-mana," jawab Lili dengan semangat.
" Iya. Ya udah sana" jawab ibu.
Hidup setiap orang memang berbeda.

Ada yang susah ada yang senang. Tetapi semua itu, harus melewati setiap rintangan dan kesusahan yang berbeda beda. Jangan selalu mengeluh tentang hidup. Semua sudah diberikan porsi sendiri sendiri dari Tuhan. Berserah pada Tuhan dan selalu bersyuur di setiap saat. Dan tentang senja yang datang lalu pergi, menyisakan kenangan yang terlalu indah untuk dilupakan., terlalu sedih untuk dikenang setiap saat. Mengenang tak selamanya  menenangkan. Suatu saat nanti, kenangan yang ingin dilupakan itu justru akan menjadi tawa hangat yang akan menghibur ketika luka hati sudah sembuh sepenuhnya. Banyak hal yang hilang , datang Kembali , lalu hilang lagi dalam roda  kehidupan. Banyak pelajaran hidup yang dapat diambil, tentang menjadi Tangguh, tentang bersyukur dan tentang memasrahkan hal apapun di luar kuasa manusia. Di saat itulah cerita tentang hidup kita yang dapat dijalani tanpa ada air mata yang menemani..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun