Ketika negeri ini diguncang oleh fenomena degradasi etika generasi mudanya yang kian lama kian memprihatinkan, ada sebuah institusi pendidikan yang sudah lama concern dalam pendidikan karakter dengan cara extraordinary. Institusi pendidikan tersebut yaitu Pesantren Masyarakat Merapi Merbabu yang berada di Desa Wonolelo, Magelang, Jawa Tengah.Â
Pesantren yang salah satu pendirinya yaitu Ust.Salim A. Fillah tersebut benar-benar memegang erat pendidikan karakter para santrinya dan juga pendidikan bermasyarakat yang mungkin belum diajarkan di sekolah-sekolah pada umumnya. Para santri di sana diajarkan untuk selalu ramah terhadap warga sekitar dan berbaur dengan masyarakat. Selain itu, para santri juga diwajibkan untuk bisa berbahasa jawa dan berupaya selalu menggunakan bahasa jawa halus ketika berkomunikasi dengan masyarakat sekitar.Â
Pada 26-27 November lalu, saya berkunjung ke Pesantren Masyarakat Merapi Merbabu (PM-3) dan menimba ilmu pendidikan karakter di sana secara langsung dari para santri serta ustadzah yang mengajar di sana. Jujur, saya terharu karena etika para santri itu yang sungguh luar biasa, terlebih ketika mereka berbaur dengan masyarakat. Berikut beberapa pendidikan karakter yang saya temui selama di Pesantren Putri PM-3 :
1. Selalu menggunakan Bahasa Jawa halus dan menyapa masyarakat sekitar ketika berpapasan dengan mereka
2. Selalu memuliakan tamu yang berkunjung ke pesantren tersebut
3. Setiap ba'da maghrib selalu ada kajian dengan menggunakan Bahasa Jawa halus. Jadi, kitab apapun yang mereka baca, harus disampaikan dalam bahasa Jawa halus agar mereka terbiasa menggunakan Bahasa Jawa halus dalam kehidupan sehari-hari.
4. Selalu melayani masyarakat dengan penuh senyum dan menyambut mereka dengan kehangatan
Nah, pada point ke-4 itu, saya benar-benar menyaksikan langsung bahwa hospitality para santri di sana luar biasa. Saat itu, ada kajian Ahad Pagi dengan jamaah dari berbagai desa dan para santri itu lah yang melayani para jamaah selama di pengajian. Mereka  mencium tangan para tamu yang hadir, seakan para tamu tersebut orang tua mereka sendiri dan kemudain mereka mempersilakan masuk sembari terus tersenyum. Etika yang luar biasa tersebut juga dikonfirmasi oleh seorang nenek-nenek jamaah pengajian di sana. Nenek tersebut cerita pada saya dan mengaku bahwa ia sangat senang dengan etika para santri di PM-3 itu. Nenek itu merasa bahwa para santri itu sudah seakan keluarganya sendiri dan bahkan nenek tersebut sangat menyesal jika tak datang di pengajian.Â
Beberapa penanaman pendidikan karakter di PM-3 sudah sepatutnya menjadi contoh dan penyemangat bagi kita untuk terus berupaya menjadi agent of change, khususnya untuk turut andil dalam perbaikan degradasi etika di negeri ini. Apapun status kita, saya yakin kita bisa mengambil bagian dan memberikan yang terbaik, yang sesuai minat serta passion kita dalam perbaikan isu etika ini.Â