Mohon tunggu...
Elisa Triwiyatsih
Elisa Triwiyatsih Mohon Tunggu... Mahasiswa - Communication Entusiast || Alumni Sekolah Tinggi Multi Media Yogyakarta

Saya sangat menyukai bidang pendidikan dan menulis. Saya memiliki beberapa buku yang telah diterbitkan oleh beberapa penerbit, salah satunya Novel berjudul SMK (Sekolah Menengah Kejombloan) yang diterbitkan oleh Guepedia. Selain itu, saya juga senang membuat konten-konten edukasi di media sosial.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Toxic Parent = Toxic Generation?

1 Juni 2022   16:04 Diperbarui: 1 Juni 2022   16:06 480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pinterest.com/Detox Your Thoughts by Dr. Andrea Bonior  

"Buah jatuh tak jauh dari pohonnya". Begitulah pepatah yang tak lagi asing di telinga kita. Pada faktanya memang orang tua merupakan model bagi anak-anaknya, dan anak-anak adalah mesin fotocopy terbaik, yang dapat meniru segala hal yang dilihatnya. 

Menurut hasil penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Psychology Humanlight IAKN Manado pada tahun 2021, memaparkan bahwa pola asuh yang baik menjadikan anak memiliki kepribadian yang baik dan disukai oleh lingkungan sekitar. Sedangkan orangtua dengan sistem pola asuh yang salah, menciptakan anak dengan karakter yang buruk dan cenderung bermasalah.   

Kepribadian atau karakter seseorang memang tidak hanya tergantung pada pola asuh orang tuanya, tapi tak dapat dipungkiri bahwa memang pola asuh orang tua menempati prosentase yang begitu besar untuk membentuk kepribadian anak. Sedikit cerita dari pengalaman pribadi penulis yang memiliki 2 teman dengan latar belakang keluarga yang hampir sama, yaitu sama-sama kurang mendapatkan kasih sayang orang tuanya. 

Penulis akan menginisialkan dengan si A dan si B ya. Si A orang yang emosional, kerap mencurahkan emosinya di media sosial, bahkan ia beberapa kali memiliki konflik yang cukup serius dengan teman-temannya. Sedangkan si B cenderung memendam emosinya, orang yang begitu tertutup, namun ternyata diam-diam pernah melakukan self harm. 

Setelah penulis mencoba menggali berbagai informasi terkait mereka, penulis menemukan jawaban bahwa ternyata mereka pernah mengalami masa kecil yang kurang menyenangkan dan kurang kasih sayang dari orang tuanya. 

Salah satu contoh konkrit lagi yaitu seorang ibu yang membunuh anaknya di Brebes pada bulan April lalu. Sang ibu tega menganiaya anak-anaknya, hingga salah satu diantara mereka meninggal dunia. Setelah diusut, ternyata ibu tersebut memiliki masa lalu yang begitu kelam. 

Ia dibesarkan di lingkungan keluarga yang membuatnya tertekan, namun ia terbiasa memilih untuk memendam semua sakit yang dirasakannya itu, hingga akhirnya lambat laun membuatnya mengalami gangguan jiwa berat. Kasus seperti itu tak jarang kita temui di sekitar kita dan dari situ kita juga dapat mengetahui bahwasanya memang orang tua yang toxic sangat berpeluang besar melahirkan generasi toxic pula. 

Pada hari Jumat, 25 Maret 2022 Bunda Wening Wulandaru yang merupakan seorang Konselor parenting memaparkan terkait Toxic Parent di Masjid Muslim United Yogyakarta.

 

Dokpri
Dokpri

4 Hal berikut merupakan contoh Sikap Toxic Parent yang dipaparkan oleh Bunda Wening:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun