Mohon tunggu...
Elin Moevid
Elin Moevid Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance Translator

reviewing parenting and children books in a bookstagram @bukubibi

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Siap Ciptakan Hangat dengan "Way Back into Love"

14 Februari 2019   14:12 Diperbarui: 14 Februari 2019   14:44 522
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari posternya saja kita sudah bisa menebak bahwa film ini pasti sedikit banyak tentang musik. Sebagian mungkin membayangkan film ini akan berisi drama musikal seperti La La Land (2016) atau melibatkan penyanyi terkenal seperti Begin Again (2013). Walau tak sepenuhnya berbau musikal dan tak pula melibatkan penyanyi, film ini memang menceritakan tentang proses pembuatan lagu, yang diiringi dengan alur unik dan dialog kocak pemainnya.

Mengusung genre komedi romantis, film ini menghadirkan sebuah lagu yang easy listening dan membuat penontonnya bersenandung, bahkan setelah film ini selesai. "Way Back into Love" adalah judul lagu tersebut dan ternyata menjadi lebih tenar daripada judul film itu sendiri yang bertajuk Music and Lyrics. Film yang dirilis 2007 lalu ini (cukup lawas ya) merupakan film yang dipromosikan menjelang Valentine kala itu di Inggris, dan tepat pada tanggal 14 Februari dirilis di Kanada, Amerika Serikat, dan Australia.

Saya sendiri pertama kali menonton film ini saat duduk di bangku SMA dan tidak ada niatan secara khusus mencari film ini. Hanya segerombolan remaja perempuan yang selesai ujian, lalu merayakannya dengan menyewa DVD dan menonton bersama. Judulnya yang ringan itulah yang membuat teman saya memilih film ini.

Di awal film, kami disuguhkan dengan kisah ketenaran band PoP di tahun 1980-an. Empat pria dewasa bercelana ketat sedang berjoget sambil menyanyikan lagu "PoP! Goes My Heart" membuat kami, remaja SMA yang hidup di tahun 2000-an ,terpingkal-pingkal. Anehnya, sungguh bahkan saat ini saya masih terngiang lagunya. 

Band itu pun kandas semenjak salah satu vokalisnya berkarir solo dan meninggalkan sang vokalis lain Alex Fletcher, diperankan oleh Hugh Grant, hanya mampu bertahan sebagai penyanyi lepas di beberapa acara reuni atau menghibur para ibu di Taman Hiburan Anak-anak.

Kesempatan emas pun datang saat Cora, penyanyi wanita muda terkenal yang digadang-gadang sebagai gabungan dari Britney Spears dan Christina Aguilera, meminta Alex untuk membuatkannya sebuah lagu dalam waktu seminggu. Alex, yang masih terbayang kesuksesannya di jaman dahulu, segera mengambil kesempatan itu. 

Sayangnya, Alex tak pernah menulis lagu, dia  hanyalah pencipta melodi.  Di tengah proses dia menciptakan lagu sambil bermain piano, munculah Sophie (diperankan oleh Drew Barrymore) yang tiba-tiba saja datang ke rumahnya, sebagai pengganti perawat tanaman. Bakat menulis Sophie sebagai lulusan mahasiswa sastra Inggris membuatnya secara spontan melanjutkan lirik yang terhenti dari mulut Alex.

Dari sinilah alur cerita mulai terasa bergejolak, bukan hanya komedi, ironi, juga romansa disajikan di adegan-adegan selanjutnya. Pertemuan Alex dengan Sophie membawa penonton untuk ikut merasakan sensasi pembuatan lagu, mulai dari penciptaan melodi, pemilihan diksi untuk lirik, rekaman mentah, hingga konflik idealisme saat lagu tersebut akan dibawakan oleh sang penyanyi.

Kisah cinta tentu sudah dapat ditebak berasal dari siapa. Tentu saja dari dua insan yang berbeda jenis dan terlibat dalam pembuatan lagu cinta. Namun uniknya, alur cerita berjalan tidak membosankan sebab diselingi dengan candaan sarkas ringan dari kedua aktor utama. Selain itu, bumbu masa lalu kisah cinta Sophie juga menambah sisi ironi dari film ini.

Hal yang sedikit mengganggu nuansa romantis saat menonton film ini adalah sosok Cora, yang menampilkan tarian erotis diiringi musik india, namun juga mengaku sebagai penyanyi beraliran Zen Buddhism. Walau hanya sekali dua kali, adegan Cora cukup membuat film ini berbau vulgar. Meski begitu, sutradara sekaligus penulis film ini, Marc Lawrence mampu membuat kehadirannya menjadi sedikit parodi. 

Unsur kurang etis lain datang dari Rhonda, Kakak perempuan Sophie, yang merupakan fans fanatik band Pop! sejak dirinya remaja hingga memiliki dua orang anak. Sedikit adegan kekerasan ditunjukkan saat dia berusaha maju ke depan menonton konser, sementara adegan lain menunjukkan gelagat sensualnya saat Alex berkunjung ke rumah untuk makan malam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun