Mohon tunggu...
Elina A. Kharisma
Elina A. Kharisma Mohon Tunggu... Berbagi hal baik dengan menulis

Seorang kutu buku dan penikmat musik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menyikapi Fakta Banyaknya Remaja Yang Minim Literasi

23 Mei 2025   12:34 Diperbarui: 26 Mei 2025   09:03 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Beberapa waktu seseorang mengirimkan video pendek tentang seorang gadis yang meminum vitamin rambut yang seharusnya diaplikasikan pada batang rambut. Gadis itu mengira vitamin harus diminum karena bentuknya kapsul, seperti vitamin minyak ikan yang pernah dia konsumsi. Video yang sekilas lucu tetapi sebetulnya memprihatinkan. Video itu pun memancing netizen untuk meninggalkan komentar tentang pentingnya literasi dalam kehidupan sehari-hari.

Membicarakan masalah literasi di Indonesia tidak akan ada habisnya. Tingkat literasi yang rendah akhir-akhir ini jarang dibicarakan. Sebaliknya, para generasi muda makin lekat dengan gawai dan media sosial. Ditambah lagi dengan adanya kecerdasan buatan yang membuat penggunaan teknologi makin masif, baik untuk hiburan maupun mencari informasi. Para remaja masa kini sangat melek teknologi, namun minim literasi yang erat kaitannya dengan kebiasaan membaca.

Dengan adanya kenyataan yang demikian, membangun kebiasaan membaca menjadi lebih menantang. Para remaja harus bersabar membaca kata demi kata, lembar demi lembar hingga tuntas. Hal ini tentu bukan hal yang mudah bagi yang terbiasa  konten-konten singkat yang bisa segera selesai hanya dalam beberapa menit. Menonton video-video pendek yang kelihannya sepele dapat menjadi candu, karena sekali scroll akan membuat rasa penasaran bertambah untuk melihat video-video yang lain. Apalagi adanta fitur FYP yang memunculkan video-video yang mungkin akan disukai penggunanya. Membaca juga menjadi kegiatan yang tidak menarik, tanpa gambar, tanpa musik, tanpa efek, tanpa animasi, tidak seperti video-video daring.

Jika harus mencari informasi, tentu menjadi informasi secara daring menjadi solusi nomor 1 dibandingkan harus membuka-buka buku, baik buku digital maupun yang berbentuk cetak. Tidak perlu banyak pemikiran yang mendalam karena dalam sekali 'klik' mereka mendapatkan yang mereka perlukan. Tidak puas satu hasil, bisa langsung 'scroll' cari opsi lain. Masih belum puas? Masukkan perintah di aplikasi atau situs web yang terintegrasi AI lalu mendapatkan hasil yang lebih bervariasi lagi, bahkan bisa terus diperbaiki sesuai dengan keinginan. Para remaja terbiasa mendapatkan banyak informasi secara cepat, mudah, kapan saja dan di mana, bukan duduk tenang membaca banyak buku, menggaris bawahi kata dan ide-ide penting untuk mendapatkan banyak referensi.

Hal ini sangat disayangkan karena membaca tidak semata-mata membaca buku cerita, seperti kebanyakan yang orang pikirkan. Sejatinya membaca buku cerita pun memberikan banyak manfaat mulai dari meningkatkan kosakata, imajinasi, dan empati. Kebiasaan membaca harus dipupuk karena dalam kehidupan sehari-hari ini banyak hal praktis yang membutuhkan membaca. Misalnya, membaca prosedur melakukan sesuatu, jadwal perjalanan, aturan pakai pada obat, dll. Bahkan membuang sampah pun harus membaca dulu mana yang tempat sampah organik, untuk botol plastik, untuk kertas, dan yang terkontaminasi bahan kimia atau sampah medis.

Mempunyai kecerdasan literasi seharusnya dipandang sebagai salah satu keterampilan hidup yang wajib dimiliki setiap orang termasuk generasi muda. Tidak hanya untuk hal-hal yang praktis tetapi juga untuk menyaring informasi agar tidak mudah dibodohi oleh informasi yang salah. Kecerdasan buatan pun bisa memberikan informasi yang salah. Belum lagi berita hoax yang kontroversial. Kebiasaan membaca akan membuat para remaja terbiasa mencari berbagai referensi yang terpercaya untuk memastikan kebenarannya. Ini akan membuat para remaja tumbuh menjadi individu yang cerdas dan kritis.

Sudah saatnya kita berhenti menyalahkan dan menghakimi remaja yang tidak mau membaca. Fokus kita seharusnya menunjukkan asyiknya membaca dan menjadi contoh bagi mereka. Ajak adik, saudara, keponakan, anak, cucu, tetangga untuk membaca. Bacakan buku untuk anak-anak, ajak anak-anak dan remaja ke perpustakaan terdekat, toko buku dan acara literasi. Sedikit demi sedikit, selangkah demi selangkah. Bantu mereka menemukan bacaan yang menarik hati agar mereka suka membaca. Yang tidak kalah penting, mereka juga harus melihat kita sebagai sosok yang suka membaca. Kalau kita menyerah, artinya kita rela negara ini diteruskan oleh generasi muda yang minim literasi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun