Menyampaikan aspirasi bukan masalah gender tapi masalah kemampuan. Kalau sanggup menyampaikan aspirasi dengan baik, silakan lakukan. Termasuk ketika ada laki-laki yang ingin menjadi bagian dari tim medis bukannya mengambil bagian dalam orasi, mengapa tidak?Â
Yang kedua, mungkinkah anggota dewan merasa insecure? Bisa jadi. Sayangnya, video tersebut sangat singkat sehingga saya tidak mengetahui secara utuh hal yang disampaikan perempuan tersebut ketika berorasi.Â
Jika fokusnya untuk menggertak anggota dewan, seharusnya yang ditonjolkan adalah isi orasinya sehingga videonya dibuat secara utuh agar isinya dapat tersampaikan sepenuhnya.Â
Yang terakhir, apabila ada perempuan yang merasa insecure, yang terbayangkan adalah orang itu berkata, "Wah, ada perempuan orasi. Masa aku nggak?Â
Kira-kira seperti itu. Jika demikian, kata insecure menurut saya kurang tepat karena video tersebut bukannya mengancam atau membuat tidak nyaman tetapi justru malah memotivasi.
Nah, jadi siapa yang insecure? Kalau kita sudah tahu jawaban pasti untuk pertanyaan ini, maka akan lebih mudah menjawab pertanyaan "mengapa.
"Menurut saya, dalam kegiatan seperti itu seharusnya fokusnya adalah pada hal yang disampaikan bukan pada siapa. Kita tidak perlu mempermasalahkan orangnya karena setiap orang punya hak yang sama untuk berpendapat termasuk berpartisipasi dalam sebuah demonstrasi.Â
Namun, adanya konstruksi sosial, perspektif, label, juga stigma menjadi bumbu-bumbu yang menarik perhatian dalam sebuah aksi, mulai dari artis, perempuan, laki-laki ganteng, emak-emak, pedagang kaki lima hingga aparat keamanan.Â
Semoga media di Indonesia ketika memberitakan tentang sebuah aksi, juga menitikberatkan pada "kenapa" agar masyarakat lebih memahami hal-hal yang diperjuangkan oleh mereka yang memilih untuk turun ke jalan.