Dalam laporan terbaru, Bank Indonesia (BI) mengungkapkan bahwa transaksi menggunakan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) mengalami lonjakan yang signifikan, mencapai 169,15% pada kuartal pertama tahun 2025 dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Kenaikan ini terjadi di tengah sorotan dari Amerika Serikat yang mempertanyakan keberlanjutan dan dampak dari sistem pembayaran digital ini terhadap perdagangan internasional.Â
QRIS, yang merupakan inisiatif untuk mempermudah transaksi digital di Indonesia, telah menjadi salah satu pilar utama dalam mendorong inklusi keuangan di negara dengan populasi terbesar di Asia Tenggara ini. Dengan meningkatnya adopsi teknologi digital, volume transaksi QRIS mencapai nilai Rp262,1 triliun, menunjukkan bahwa masyarakat semakin beralih ke metode pembayaran yang lebih efisien dan aman.
Perry Warjiyo, Gubernur BI, menegaskan bahwa pertumbuhan transaksi QRIS sejalan dengan tren global yang menunjukkan peningkatan penggunaan aplikasi mobile dan internet untuk bertransaksi. transaksi pembayaran digital aplikasi mobile internet selama kuartal I-2025 telah mencapai 10,76 milir transaksi atau tumbuh 33,5% . Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat semakin nyaman menggunakan teknologi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka."Volume transaksi aplikasi mobile dan internet juga terus tumbuh masing-masing sebesar 34,5% dan 18,9% year-on-year" tegas Perry.Â
Meskipun ada kritik dari AS yang menyebut QRIS sebagai hambatan dalam perdagangan, data menunjukkan bahwa lonjakan pengguna dan merchant yang menggunakan QRIS justru meningkat selama bulan Ramadan 2025. Ini menunjukkan bahwa meskipun ada tantangan dari luar, masyarakat Indonesia tetap berkomitmen untuk beradaptasi dengan perubahan dan memanfaatkan teknologi untuk kemudahan transaksi.
QRIS tidak hanya berfungsi sebagai alat pembayaran, tetapi juga sebagai simbol kedaulatan ekonomi digital Indonesia. Dengan meningkatnya transaksi digital, Indonesia menunjukkan bahwa mereka mampu bersaing di panggung global, meskipun ada tekanan dari negara-negara besar seperti AS. Hal ini menjadi bukti bahwa inovasi lokal dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian.Â
BI juga mencatat bahwa pertumbuhan QRIS berkontribusi pada peningkatan aktivitas ekonomi digital secara keseluruhan. Dengan semakin banyaknya merchant yang menerima QRIS, masyarakat memiliki lebih banyak pilihan untuk bertransaksi, yang pada gilirannya mendorong pertumbuhan ekonomi lokal dan nasional.
Sementara itu, sorotan dari AS terhadap QRIS dapat dilihat sebagai tantangan sekaligus peluang. Di satu sisi, kritik tersebut dapat memicu diskusi lebih lanjut tentang regulasi dan kebijakan perdagangan internasional. Di sisi lain, hal ini juga dapat mendorong inovasi dan perbaikan dalam sistem pembayaran digital di Indonesia.
Dengan pertumbuhan yang pesat ini, penting bagi pemerintah dan BI untuk terus mendukung pengembangan QRIS dan memastikan bahwa sistem ini tetap aman dan efisien. Investasi dalam infrastruktur digital dan edukasi masyarakat tentang penggunaan QRIS akan menjadi kunci untuk mempertahankan momentum pertumbuhan ini.
Secara keseluruhan, lonjakan transaksi QRIS yang mencapai 169% di tengah sorotan AS menunjukkan bahwa Indonesia berada di jalur yang tepat dalam mengembangkan ekonomi digital. Dengan dukungan yang tepat, QRIS dapat menjadi model bagi negara lain dalam mengadopsi teknologi pembayaran yang inklusif dan berkelanjutan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI