Mohon tunggu...
eli kristanti
eli kristanti Mohon Tunggu... Guru - Guru Bahasa Inggris

suka fotografi dan nulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Buang Jauh Fanatisme Sempit Kita

29 Oktober 2022   07:47 Diperbarui: 29 Oktober 2022   07:52 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kemarin kita memperingati hari Sumpah Pemuda. Kongres penuh makna kebangsaan itu memang terjadi hampir seabad lampau, tetapi semangatnya masih kita rasakan sampai sekarang. Semangat itu adalah semangat persatuan yang jika kita telaah lagi, amat luarbiasa bisa terjadi pada masa lampau. Semangat itu seharusnya bisa menjadi energi untuk menghadapi tantangan yang lebih berat dibanding masa lalu.

Hanya saja, setelah nyaris satu abad berjalan semangat itu bukan luntur, tapi bergeser. Pergeseran itu bisa terjadi karena berbagai kepentingan yang bertemu. Ada kepentingan ekonomi, politik, sampai agama atau ideologi. Parahnya diantara pihak itu tidak mau mengalah, sehingga kepentingan itu terus mereka sodorkan karena mereka berkeyakinan bahwa hal itu benar alias fanatisme sempit.

Yang paling baru adalah kabar seorang wanita berumur 24 tahun mencoba menerobos ke halaman Istana dan sempat berhadapan dengan Paspamres. Setelah didalami ternyata dalam tas itu terdapat senjata api jenis FN. Senjata itu rupanya milik salah satu kerabatnya yang dia ambil sesaat sebelum ke Istana. Dalam pengakuan yang dirilis oleh beberapa media ternyata Wanita itu tidak setuju dengan Pancasila dan berpendapat bahwa seharusnya dasar negara Indonesia adalah syariat islam.

Kasus-kasus semacam ini bukanlah pertama kali. Sekitar tiga tahun lalu, ada upaya dari seorang Wanita muda berumur 25 tahun yang menyerang aparat di Mabes Polri Jakarta. Wanita lajan tersebut membawa senjata softairgun yang dia pergunakan untuk mengancam aparat. Petugas segera bisa meringkusnya. Dalam surat wasiat yang ditujukan kepada keluarga, tercermin bahwa Wanita ini telah terpapar faham transnasional dan berpandangan sempit soal agama karena beberapa narasi yang ada di dalamnya.

Dua kasus ini merupakan pergeseran dai semangat persatuan. Memang keduanya memberi landasan agama tertentu dalam tindakannya implementasinya tidak tepat. Kita tidak hidup pada zaman yang penuh ancaman perang seperti kala Nabi Muhammad meninggalkan Mekkah dan berkeputusan bermukim di Yastrib. Kala itu Nabi memang mengalami ancaman secara fisik  sehingga untuk istirahatpun tidak bisa tenang.

Beberapa pihak terkesan menyamakan perbedaan suku, agama dan etnis di Indonesia sama dengan keadaam Makkah zaman dahulu. Padahal konteksnya sama sekali berbeda. Kita punya beberapa tahap seperti Kebangkitan Nasional, Sumpah Pemuda dan akhirnya para tokoh bangsa mengikrarkan kemerdekaan Indonesia.

Sehingga jika beberapa pihak menerjemahkan kondisi Indonesia dengan Makkah zaman dulu, itu sama sekali tidak tepat. Tindakan mereka seperti dua Wanita yang diselubungi oleh fanatisme sempit jelas tidak bisa diterima. Komitmen kebangsaan kita tercermin dalam dasar dan falsafah negara yaitu Pancasila dan UUD 1945. Sehingga seharusnya kita berpegang pada itu dalam menghadapi tantangan kita selanjutnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun