Mohon tunggu...
eli kristanti
eli kristanti Mohon Tunggu... Guru - Guru Bahasa Inggris

suka fotografi dan nulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Intoleransi dan Sebabnya di Negara Kita

6 Februari 2021   12:23 Diperbarui: 6 Februari 2021   12:37 540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tahun lalu, pada sebuah kesempatan Kapolda Metro Jaya yang juga menjabat sebagai ketua Satgas Nusantara mengatakan bahwa ada tiga sebab kenapa intoleransi kian kuat di Indoensia yang majemuk ini.

Pertama adalah globalisasi. Globalisasi di sini digambarkan sebagai kondisi eksternal soal keterbukaan, demokrasi, pengaruh yang tidak bisa dibendung lagi. Globalisasi dan beberapa pengaruh lainnya juga yang menyebabkan Jerman Barat dan Jerman timur melebur. Globalisasi juga menyebabkan Uni soviet runtuh dan kemudian berdiri Russia dan beberapa negara pecahan lain yang  lebih emnggambarkan etnis mereka.

Globalisasi juga menyebabkan ISIS memberanikan diri menyerang pemerintahan sah Suriah dan kemudian melakukan perlawanan demi negara  Islam yang ingin mereka dirikan. . Dan cita-cita mereka kandas karena bertentangan dengan keinginan banyak orang. Bahkan negara seperti Saudi Arabia yang punya keterikatan sejarah yang sangat erat dengan Islam juga tidak ingin membentuk kekhalifahan. Ini juga yang jadi prespektif banyak orang Islam di dunia.

Meski begitu cita-cita untuk membentuk kekhalifahan tak pernah surut. Di beberapa negara seperti Indoensia, Malaysia dan Afganistan banyak pihak yang menganggap kekhalifahan adalah bentuk yang sangat ideak bagi negara sehingga banyak orang yang menginginkannya.

Sebab kedua penyebab intoleransi menguat adalah demokrasi. Demokrasi Indonesia meski dipandang dunia sebagai salah satu negara demokrasi terbaik, namun jika kita lihat demokrasi yang berjalan adalah demokrasi yang dikendalikan oleh masyarakat kelas bawah. Idealnya, menurut ketua Satgas, demokrasi dikendalikan oleh masyarakat menengah karena dalam hal pendidikan dan visi cenderung berjalan di rel demokrasi itu sendiri.

Sedangkan demokrasi yang dikendalikan oleh kelompok kelas bawah  lebih sering berjalan terlalu cepat, namun tidak mengindahkan rasionalitas karena sebagaian besar mereka punya pendidikan yang tidak memadai. Sehingga demokrasi memang terlihat berjalan namun tidak pada relnya. Kita bisa lihat di beberapa tahun ini khususnya di bidang politik yang mencampurkannya dengan agama. Padahal secara logika, dua hal itu sebagiknya terpisah, karena agama lebih baik berjalan sendiri tanpa adalanya pengaruh politik.

Hal Ketiga sebagai penyebab intoleransi yang tidak berjalan dengan baik adalah media sosial. Seperti yang sudah banyak dibahas, media sosial menjadikan banjir informasi. Karena media sosial bukan media mainstream yang tidak mengharuskan adanya gatekepper atau penjaga informasi, maka informasi yang terdistribusi adalah informasi yang bisa saja bersifat hoax atau fakenews. Ini bisa saja terjadi karena tidak semua pemilik media sosial punya kemampuan menyarig informasi dengan baik sehingga fanatisme dan konservatisme agama bisa dengan mudah menjalar ke banyak orang.

Tiga hal ini memang menjadi concern kita bersama.  Karena bagaimanapun intoleransi merupakan hal yang harus kita waspadai mengingat dia adalah akar dari radikalisme agama. Beberapa pihak telah berusaha keras untuk mengedukasi masyarakat. Namun alangkah baiknya jika seluruh komponen masyarakat bisa lebih peka dan mampu menyaring informasi yang kita terima.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun