Mohon tunggu...
eli kristanti
eli kristanti Mohon Tunggu... Guru - Guru Bahasa Inggris

suka fotografi dan nulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kita Tak Bisa Maju, Jika Terus Begini

6 Desember 2017   04:08 Diperbarui: 6 Desember 2017   04:17 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi: goodnewsfromindonesia.id

Kita tahu bahwa Indonesia terdiri atas beragam etnis, agama dan budaya. Perbedaan itu mencakup ratusan bahkan ribuan hal. Atas nama perbedaan itu, membuat banyak hal tidak bisa dipaksa menjadi satu. Karena itu para pendiri bangsa (the founding fathers) mencari semboyan kebangsaan yang menggambarkan perbedaan itu, maka lahirlah Bhinneka Tunggal Ika.

Namun yang terjadi di masyarakat kini adalah pergesekan-pergesekan akibat perbedaan-perbedaan terutama karena perbedaan agama. Gesekan karena perbedaan karena agama ini menimbulkan dampak yang cukup besar terutama karena perhatian kita tidak fokus lagi pada apa yang harus kita lakukan selaku bangsa dan negara. Fokus bergeser dan energi berkurang.

Kita bisa menengok beberapa negara tetangga kita yang maju pesat karena fokus pada pembangunan negaranya dan tidak terganggu pada gesekan-gesekan karena perbedaan. Semisal Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura dan Thailand. Beberapa dekade lalu, Indonesia adalah model dari beberapa negara itu. Misalnya mahasiswa Malaysia kerap dikirim ke Indonesia untuk belajar . Namun yang terjadi sekarang adalah banyak dari mahasiswa Indonesia kini belajar ke Singapura atau Malaysia.

Belum lagi kita menengok Thailand. Thailand begitu inovatif melalui program-program pertanian dan pengolahan hasil pertanian dan perkebunannya. Sehingga tak heran jika hasil pertanian atau kuliner Thailand sangat terkenal di dunia internasional. Lihat saja beras atau buah-buahan Thailand. Atau es mangga yang terkenal di Indonesia, semuanya kreasi Thailand.

Kita melihat bagaimana pembangunan fisik, pendidikan, ekonomi dan sosial di negara-negara tersebut maju dengan pesatnya. Indonesia yang dulunya menjadi pusat pembelajaran bagi negara-negara tersebut sekarang malah tertinggal. Negara-negara tersebut juga memiliki risiko pergesekan agama karena beragam agama yang dianut warganya. Namun penghormatan negara dan warga negara terhadap agama yang dianut setiap warga negaranya dapat diterapkan dengan baik.

Negara-negara tetangga Indonesia bukannya tidak pernah mengalami konflik agama. Pernah dan masih terjadi hingga sekarang karena kondisi demikian tidak akan pernah bisa dihilangkan. Namun jumlahnya lebih sedikit bila dibanding Indonesia. Di Indonesia perbedaan agama seringkali digunakan sebagai komoditi untuk kepentingan politik, ekonomi, pendidikan, dan sosial.

Sedikit-sedikit terjadi perbedaan, ujung-ujungnya ditanya dan dibahas tentang agama yang dianut. Kalau kondisi demikian selalu terjadi dan terulang, akan sulit negara lndonesia maju dan damai dengan slogan toleransi beragama yang benar-benar diterapkan bukan hanya formalitas. Seolah-olah negara Indonesia dan warganya tidak pernah belajar lebih baik dari sejarah masa lalu negaranya. Negara-negara lain itu mungkin juga punya perbedaan-perbedaan internal di negaranya masing-masing. Namun fokus mereka tidak pada perbedaan dan energi fokus untuk membangun.

Indonesia akan kuat apabila bersatu. Semoga konflik-konflik yang disebabkan perbedaan agama di Indonesia makin berkurang dan Indonesia menjadi harmonis dengan keberagamannya. Dengan demikian Indonesia menjadi tempat tinggal yang nyaman dan aman bagi setiap warga negaranya mulai lahir hingga menutup mata seperti syair lagu Indonesia Pusaka.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun