Mohon tunggu...
Eli Halimah
Eli Halimah Mohon Tunggu... Guru - open minded

guru

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kado Hari Guru yang Memilukan

1 Desember 2021   09:46 Diperbarui: 1 Desember 2021   10:15 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kamis, 25 November 2021, euforia peringatan hari guru nasional menggema di seluruh nusantara. Dari ujung barat sampai timur, utara hingga selatan. Ribuan bahkan jutaan siswa mempersembahkan kado istimewa untuk para pejuang pendidian di sekolah dan madrasah masing-masing.

Tak hanya kata-kata, rangkaian bunga, berbagai persembahan puisi, tarian, dan wujud cinta yang lain, silih berganti tiada henti. Rasa haru bercampur aliran air mata, tak terasa mengiringi senyum para siswa tercinta. Kado yang amat istimewa bagi kami, para guru di negeri khatulistiwa.

Namun, bahagia itu hanya sesaat. Senyum yang berselimut air mata bahagia, kini berganti menjadi nyanyian duka. Bagaimana tidak, hanya selang tiga hari setelah gempita perhelatan hari jadi guru, para guru honorer madrasah aliyah di Kota Cilegon, menerima kabar bahwa keputusan pemerintah daerah tentang dicabutnya Bantuan Peningkatan Kesejahteraan Guru telah final.

Bagi guru yang telah memperoleh Tunjangan Profesi guru, mungkin berita ini tidak terlalu menyakitkan, meskipun tetap saja mengecewakan. Lalu bagaimana nasib guru madrasah aliyah yang belum berkesempatan mendapatkan dana TPG? Ini berarti mereka hanya mendapatkan masukan hanya dari madrasah masing-masing saja. Sedangkan kita semua sangat tahu bagaimana kondisi keuangan sebagian besar madrasah swasta di wilayah Cilegon. Terlebih dua tahun belakangan ini. Uang komite hampir 95% tidak terserap.

Benar bahwa napas terbesar madrasah swasta adalah dana BOS, sebuah fakta yang tidak bisa ditutup-tutupi. Dan karena dana BOS berbasis pada jumlah siswa, ini juga memunculkan keprihatinan. Tidak sedikit madrasah aliyah yang memiliki siswa di bawah 100 siswa. Sedangkan operasional madrasah dari hari ke hari tetap harus dipenuhi. Kondisi ini sangat berat dilalui bagi madrasah swasta di kota Cilegon.

Dari 22 madrasah aliyah yang ada di Cilegon, 20 di antaranya adalah madrasah swasta. Hanya 2 madrasah negeri. Artinya, peran masyarakat sangat besar dalam keberlangsungan ekosistem Pendidikan di kota Cilegon. Sebagian besar madarsah swasta ini sudah berkiprah di masyarakat jauh sebelum madrasah-madrasah negeri muncul. Madrasah swastalah yang sejak puluhan tahun silam mengambil peran dan bagian yang sangat signifikan dan penting dalam membangun peradaban masyarakat Cilegon.

Lalu, apa yang kini kami dapatkan? Apresiasi dari pemerintah daerah semakin menurun. Satu-satunya dana bantuan untuk guru honor madrasah Aliyah pun, kini dicabut sudah. Duka yang mendalam kami rasakan, di saat euphoria peringatan hari guru masih terngiang di telinga kami.

Mengapa kami dibedakan, Bapak? Mengapa kami seperti anak tiri di rumah sendiri? Bukankah kami juga warga Cilegon? Bukankah yang kami didik, kami bina, kami bimbing pun anak-anak Cilegon? Milik siapakah kami ini?

Tidak perlu berdalih dengan statemen bahwa madrasah Aliyah adalah kewenangan provinsi atau pusat. Pada intinya, memang tidak ada niat baik dari Anda-anda sekalian untuk memerhatikan guru. Orang yang harum (hanya) dalam nyanyian saja. Orang yang selalu diberi label "pahlawan tanpa tanda jasa", sehingga nasib kami pun menjadi tidak terperhatikan, bahkan saat kami berada di rumah sendiri.

#RIPFORGURUHONORMADRASAHALIYAHCILEGON

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun