Mohon tunggu...
Eli Halimah
Eli Halimah Mohon Tunggu... Guru - open minded

guru

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Akui Saja Manusia itu Lemah

4 Desember 2020   05:17 Diperbarui: 4 Desember 2020   05:25 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sering kali manusia menganggap dirinya hebat, perkasa, dan berkuasa. Anggapan ini kemudian menjadikan mereka angkuh, kejam, dan egois. Angkuh karena beranggapan hanya dirinyalah yang pintar. Sering merendahkan orang lain dan menganggap orang lain lebih rendah dan hina. 

Kejam karena dalam kehidupan sehari-harinya, mereka sering menyakiti dan membiarkan orang lain mengalami penderitaan karena ulahnya. Egois karena manusia sering kali hanya memikirkan kepentingan dan kesengannya sendiri. Tidak peduli jika orang lain sengsara atau tersiksa.

Manusia memang badung. Karena kebadungannya, sampai-sampai Allah harus membenturkannya pada masalah, cobaan, ujian, bahkan penderitaan. Semua Allah berikan untuk mengembalikan kewarasan, menyadarkan manusia dan mengembalikannya pada posisi yang benar, sebagai makhluk, bukan Tuhan.

Memang benar, manusia adalah perwakilan Allah di muka bumi ini. Akan tetapi, wewenang ini tidak boleh dimaknai secara membabi-buta. Ada batasan-batasan di mana manusia tidak bisa menembusnya. Itu karena kelemahannya.

Maka, jangan memaksakan sesuatu dengan dalih dan atas nama Tuhan. Jangan melawan sunnatullah. Jika itu kita langgar, maka tunggulah  saja masa kehancuran peradaban manusia itu sendiri.

Kita ambil contoh yang simpel. Pada saat musim kemarau, manusia selalu meracau tidak karuan. Memprotes kemauan Tuhan dengan kata-kata dan kalimatnya. Menganggap bahwa kemarau adalah sebuah penyiksaan karena tidak bisa beraktivitas dengan leluasa. 

Merasa panas, berkeringat, dan tidak nyaman. Racauan yang disusul dengan sedikit umpatan, bagaimana tanaman menjadi kering, sayuran menjadi mati, air sumur kekeringan, hasil panen tidak maksimal, barang dagangan kurang laku, dan lain sebagainya.

Lalu manusia meminta hujan, air yang mendatangkan kebahagiaan, karena mampu menyuburkan taman dan sayuran, stok air di sumur menjadi banyak, panen menjadi berlimpah, dagangan menjadi laris, dan lain-lain keuntungan. Meminta dengan sangat mengiba pada Allah. Benar-benar mampu meyakinkan Allah bahwa mereka membutuhkannya.

Kemudian Allah menjawab dan meluluskan permintaan mereka. Ia datangkan hujan, tidak banyak, hanya satu malam saja. Hujan satu malam tanpa jeda.

Lalu apa yang terjadi? Racauan kembali berhamburan dan ribuan keluhan mulai mengangkasa. Seolah tak ada yang  benar. Di saat kemarau, mereka meninginkan hujan. Di saat penghujan, mereka merindukan kemarau.

Jika saja manusia mengikuti aturan yang telah ditetapkan Allah. Dalam situasi apa pun, hidup akan tetap tenang dan nyaman. Jika manusia bisa mengelola bumi dengan baik, hujan yang hanya satu malam, tidaklah mungkin bisa menyebabkan luapan banjir di mana-mana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun