Isu Papua telah lama menjadi borok bagi sebagian pemimpin negara dan masyarakat sipil di kawasan Pasifik. Persoalan Papua sekaligus memecah Solidaritas pemimpin kawasan Pasifik dalam merespon isu Papua.
   Pasalnya adalah ada negara-negara tertentu, seperti Vanuatu yang mendukung Gerakan Papua Merdeka berhadapan dengan negara-negara yang menjadi sekutu kuat Indonesia seperti Fiji, Papua Nugini, Australia dan Selandia Baru. Sehingga, isu Papua sulit mencapai konsensus bersama pemimpin Pasifik dalam Pertemuan Puncak Pasifik Island Forum Yang diselenggarakan Setiap tahun.
   Dengan peta seperti ini, isu Papua yang selalu diperjuangkan Vanuatu agar masuk menjadi agenda pembahasan resmi dalam pertemuan Tahunan negara Pasifik (Pasifik Island Forum) selalu gagal.
Saudara-Saudari Bangsa Pasifik
   Mengapa pemimpin-pemimpin Pasifik selalu menyuarakan isu Papua? Bagi mereka, Papua adalah saudara-saudari Pasifik. Persoalan apa pun yang terjadi di Papua selalu mendapat tanggapan para pemimpin di Pasifik baik negara maupun komunitas masyarakat sipil.
   Tanggapan terbaru, contohnya, terkait aksi persekusi dan rasisme terhadap mahasiswa Papua yang terjadi di Surabaya. Sekjen Persekutuan Gereja-Gereja di Pasifik James Bhagwan mengungkapkan kekecewaannya. "Menyebut monyet untuk saudara kami Papua sama saja menyebut monyet untuk seluruh kawasan pasifik, kata James.
   Ketika gelombang demonstrasi dan kekerasan di Papua dan beberapa Kota lain terjadi pasca insiden Surabaya, lagi dan lagi James bersikap."Kami adalah orang-orang Pasifik. Di Pasifik, ketika seseorang menderita, kami harus berbuat sesuatu. Anda tidak bisa membiarkan saudara-saudari Pasifikmu menderita. Itu bukan cara Pasifik." Komentar James kepada Radio New Zealand, Kamis (29/8/2019).
   Tidak hanya pemimpin Masyarakat sipil, seperti James. Menlu Vanuatu Ralph Regenveue juga menyatakan kegeramannya. "Harus berbuat sesuatu Yang lebih karena kondisi HAM di Papua terus memburuk." Kata Ralph yang negara nya telah menjadi pendukung kuat Gerakan Pembebasan Papua.
   Tonga yang selama ini memilih diam dan menahan diri mengomentari isu Papua, kali ini ikut meradang. Pada pertemuan representasi komunitas Masyarakat Sipil se-Pasifik menyambut Pasific Island Forum di Vanualu, 13-16 Agustus 2019, Perdana Menteri Tonga Akulisi Pohiva menyampaikan tanggapan yang penuh emosional.
"Kasus Papua berulangkali didiskusikan, tapi tidak terjadi sesuatu," kata Pohiva dalam pertemuan itu. Lebih lanjut, Pohiva menyatakan,"Kita telah menjadi begitu dependen dengan orang lain dalam mengontrol apa Yang terjadi di kawasan kita, kita telah kehilangan akal sehat dan kemandirian. Kekerasan akan terus terjadi, dan lihatlah diri kita, tidak melakukan apapun."Kita terus mendiskusikan masalah Yang sama, lagi dan lagi. Sementara itu, saudara-saudara kita ditinggalkan. Kita harus memastikan tidak ada satu pun yang terabaikan, kata Pohiva.
   Perdana Menteri Samoa Tuilaepa Sailele menambahkan:"tantangan Yang sedang dihadapi Papua tidak berkurang, dan kita tidak boleh mengabaikan isu ini terus-menerus. Kita perlu meninjau kembali pendirian Yang telah kita ambil terkait Papua sampai saat ini.