Mohon tunggu...
Lukman Hakim
Lukman Hakim Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Lahir di Dzakarta, n hidup di tengah kaum dhua'afa. Ingin menjadi Inpirite for Dhua'fa Communities. Bercita2 mjd Bpk asuh dari anak2 cerdas yg gak mampu, menyuarakan aspirasi mereka Yuuk kita BERCINTA. cinta kelg, anak2, ortu,.... cinta remaja, n'..hmmmm dlm KLINIK CINTA milik elha

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Benarkah 80% Wanita Matre dalam Cinta? (Serie Keunikan Cinta)

11 Januari 2012   23:09 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:01 1067
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Jangan heran bila 80% wanita di China tidak mau menikah dengan pria yang berpenghasilan dibawah rata-rata. Atau 48% pria di Amerika mem-PHK (Putus Hubungan Kekasih) wanita yang gemuk…”

---oooOooo---

[caption id="attachment_155399" align="aligncenter" width="292" caption="(searching frm google)"][/caption]

Konon kabarnya cinta itu buta. Cinta itu tak sesuai logika. Namun banyak hal yang justru berlaku sebaliknya dalam cinta. Yaaa, sebagai ‘The Mithos Eraser’ saya berusaha untuk mentautkan mitos dengan kondisi sebenarnya, tak terkecuali dalam (ber)cinta.

.

Banyak penelitian yang berupaya ‘kebenaran’ dari sebuah percintaan dan chemistry antara pria dan wanita. Hasilnya, ‘waw’, beragam fakta, data dan peristiwa aneh namun menarik untuk diungkap ke publik. Lagi-lagi, menurut saya, keanehan tsb merupakan hal yang logis, wajar dan sesuai dengan teori-teori ilmiah yang sudah ada.

.

Diantara fakta, data dan peristiwa aneh tsb antara lain :

1.80% wanita enggan memacari pria yang berpenghasilan rendah

Survey yang dilakukan di China, oleh Asosiasi Pekerja Sosial China dan laman Baihe.com yang menjadi situs kencan dan perjodohan besar di Cina, memperoleh hasil yang mencengangkan. Hampir 80 persen responden perempuan setuju lelaki dengan penghasilan perbulan kurang dari 4 ribu yuan atau setara dengan 635 dolar AS tidak seharusnya memulai hubungan dengan perempuan (penghasilan rata-rata masyarakat China adalah 1.300 USD, sumber wikipedia)

.

Salah seorang warga pegawai/pekerrja di Beijing, Lu Xiongyu, yang bekerja di perusahaan ekspor dan impor menyatakan pendapatnya pada Kantor Berita Xinhua bahwa biaya hidup di perkotaan yang tinggi menjadi salah satu alasan, karena (menurutnya) cinta tidak bertahan tanpa ada makanan yang cukup. Pria yang berusia 27 tahun itu juga mengatakan seorang perempuan wajar jika ingin berkencan dengan pria yang berpenghasilan 4 ribu yuan atau lebih perbulan.

.

[caption id="attachment_155403" align="alignleft" width="250" caption="(searching from google)"]

1326323205236388067
1326323205236388067
[/caption]

Survei yang mengikutsertakan lebih dari 50 ribu warga di seluruh wilayah negara itu, yang berumur dari 20-60 tahun juga memperoleh hasil lainnya, yaitu sejumlah responden perempuan menganggap pendapatan yang cukup, tabungan serta tempat tinggal sebagai kebutuhan ekonomi yang penting bagi pria yang dipertimbangkan untuk menikah dengannya.

.

Namun demikian ada juga yang menempatkan cinta pada status dan posisi yang tinggi. Diantaranya adalah Hu Heng (25), perempuan yang belum menikah di Guangzhou, provinsi Guangdong. “Cinta bukan dagangan dan banyak perempuan tidak bergantung secara ekonomi kepada pria untuk kebutuhan hidup," katanya…

Duuuuuh, Romantisnya…..

..

Memang survey tsb dilakukan jauh di negeri seberang (RRC), namun banyak persamaan sosialita kehidupan masyarakat China (yang mayoritas agraris) dengan masyarakat Indonesia. Diantaranya : Senang berkumpul (guyub), sebagian masih terpatri dalam system budaya paternalis/maternalis, berdagang, bertani dan hidup dengan keyakinan yang kuat / agamis.

..

Persamaan lainnya adalah kondisi negara yang sedang menuju ‘kemajuan’, sehingga memiliki dampak bermunculannya kaum-kaum urban serta sosialita transisi.

..

Mungkin banyak hasil survey/observasi/penelitian tentang cinta yang tidak dipublish, namun intinya cinta adalah sarana untuk mentautkan hati, menyatukan pikiran dan menggabungkan dua keluarga atau lebih dalam satu bahtera yang bernama Rumah Tangga. Bila cinta tidak disangkutkan untuk tujuan berkeluarga, artinya mereka telah mereduksi makna cinta itu sendiri. Atau mungkin menyamakan arti cinta dengan ‘nafsu’. Hehehehe itu jenenge/namina/namanya mekso.com

..

Tapi bila kita bertanya kepada para wanita yang tinggal di perkotaan, atau mereka yang sudah merasakan maniesnya bangku pendidikan (minimal setingkat SMA), atau kaum wanita berfikir terbuka, tentu jawaban kemapanan ekonomi sebagai salah satu kriteria dalam memilih pasangan hidup bukan suatu hal yang langka.

.

Frekuensi perubahan biaya hidup, fluktuasi daya beli masyarakat dan labirin ekonomi riel yang belum memuaskan masyarakat membuat banyak pihak (mulai) berfikir realistis. Pertimbangan ekonomi dan angka-angka kemakmuran hidup menjadi salah satu landasanya.

.

Makanya tak heran jika survey di China memperoleh hasil bahwa 80% wanita enggan menikah dengan pria yang memiliki penghasilan rendah.

..

Jadi benarkah 80% wanita Matre dalam bercinta…?? Perlu disikapi secara bijak. Sebab mengkalkulasi masa depan yang lebih cerah itu logis dan memiliki nila kewajaran. Kecuali bila materi berlebihan yang menjadi landasannya maka dapat dipertanyakan kualitas cintanya..

.

[caption id="attachment_155404" align="alignright" width="196" caption="(searching from google)"]

13263233041449302955
13263233041449302955
[/caption]

Saran KLINIK CINTA, gunakan kata hati dalam memilih pasangan hidup. Cinta tidak sama dengan nafsu. Jika dia bisa menjadi imam bagi keluarganya, menjadi madrosah (sekolah) bagi anak-anaknya kelak, dapat menjadi perekat hubungan keluarga dan memberikan nafkah yang sesuai, pilihlah dia sebagai pasangan anda.

.

Sumber bacaan :

http://www.republika.co.id

http://repostkaskus.blogspot.com/

http://wikipedia.com

.

Berikutnya : Wanita Gemuk mudah diputuskan dalam bercinta

salam cinta dan ukhuwah

--elha / KLINIK CINTA--

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun