Mohon tunggu...
Elfian
Elfian Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa olahraga yang tak pernah olahraga || Instagram: billoo_17 || #YNWA

Sedang dalam misi melarikan diri dari diri sendiri untuk mencari diri sendiri yang terlupakan oleh diri sendiri

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: Waktu Tak Pernah Salah

20 Mei 2020   09:40 Diperbarui: 20 Mei 2020   09:44 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di pojok atas ruang 4 x 4 meter itu, tiga buah logam berwarna putih dan berukuran cukup tipis tak pernah berhenti mengedari deretan angka yang membentuk lingkaran. Saat ini, pucuk logam terpendek telah tepat mengarah ke angka enam. Di bawahnya, berbaring seorang pria dua puluh tahun yang sedari tadi terus saja terdiam sembari sesekali menggerakkan jemarinya untuk memainkan gawai. Entah apa yang ia pikirkan hingga membuat kedua kelopak matanya enggan untuk menutup sampai selarut ini.

Bunyi ayam berkokok dan cahaya mentari menyelinap masuk kedalam ruang 4 x 4 meter itu. Sementara di atas tempat pria itu berbaring, pucuk logam terpendek telah tepat mengarah ke angka tujuh. Pria itu telah muak  menatap gawainya. Kini ia bangkit, terdiam lalu memelototi dan menunjuk kearah tiga buah logam tipis yang sejak malam tadi terus saja mengusik telinganya.

"Mengapa kau mencurinya? Kembalikan waktu-waktu terbaikku. Aku ingin jeda untuk beristirahat, untuk tertawa, membaca buku dan berkumpul bersama teman-temanku. Mengapa kau malah memenjarakanku di ruangan ini? Aku tak mau waktuku habis hanya sekadar untuk mencumbui bayang-bayang masa lampau, membiarkan tubuhku habis digerogot rindu, mati dibunuh sepi lalu dikubur bersama tumpukan nelangsa. Aku tak mau. Kembalikan waktu-waktu terbaikku. Sekarang!"

Seisi ruangan itu terdiam setelah mendengar tudingannya. Sementara logam terpanjang  yang tepat berada di atasnya memilih untuk mengabaikan tudingan pria itu dan tetap bergerak untuk menjalankan tugasnya--menggerakkan dua logam lainya. Deretan buku yang berjejer rapi dan berdebu di rak di belakangnya juga memilih untuk bungkam. Padahal, saban hari sebelumnya, buku-buku adalah teman berceritanya yang paling setia di kala sunyi mengunjungi. Seisi ruangan tidak tau apa makna sesungguhnya di balik sungutan pria itu. Tetapi, mereka yakin bahwa pria itu keliru sebab waktu itu tetap, tak bisa berubah arah, disalahkan, ditangkap apalagi dipenjarakan.

Setelah puas memaki, ia kembali berbaring di tempat tidur lalu menarik selimut untuk menyembunyikan seluruh tubuhnya dari cahaya. Air mukanya memperlihatkan sebuah kegelisahan yang bercampur dengan kekekecewaan. Ketika kedua kelopak matanya berhasil menutup, buku harian yang berada di atas meja untuk pertama kali bergema pada hari itu. Sontak seisi ruangan tercengang mendengarnya.

"Di tengah serangan wabah, hati yang patah menolak untuk tumbuh. Pembungkaman terhadap logika dan waktu menjadi pelampiasan. Seseorang di luar sana telah lebih dulu tahu dan tak pernah peduli perihal apa yang sedang ia rasakan saat ini."  bisik buku harian kepada seisi ruangan.

Mendengar tutur buku harian, seisi ruangan tetap terdiam kecuali logam terpanjang yang memilih untuk tetap bergerak agar dua logam lainnya juga ikut bergerak.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun