Bulan menyapa lewat malam yang gigil
Di pelataran sunyi kepak angin membawa kabar: tentang kembara yang rindu masa silam
Ia terlahir di awal bulan April
ketika kemarau baru saja singgah
mengetuk pintu-pintu dan jendela
serta memberi salam pada bunga telang
yang malu-malu menggerakkan kuntum-kuntum labianya
Ia pernah dibalut kain semirip bendera --- putih,
yang berkibar gagah di tali jemuran
Dan ia masih belum lupa
Bersama tangan ibu bendera-bendera putih itu gigih menggapai surai-surai matahari
Bau pesing ini akan terus kuingat sebagai mahar, begitu kata ibu di setiap jelang fajar
diiringi sekulum senyumÂ
Dan, bagi sang kembara senyum ibu adalah masa silam yang paling sulit untuk dibunuh
***
Malang, 7 Juni 2022
Lilik Fatimah Azzahra