Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kidung Dahana yang Hilang

31 Januari 2021   05:49 Diperbarui: 31 Januari 2021   06:31 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: pinterest.com


Di mana lagi bisa kudengar kidung dahana menyongsong datangnya pagi, kekasihku? Jika pecahan matahari sengaja kausembunyikan. Dan, titik-titik embun kaubiarkan membasah di sudut mata hingga menenggelamkan asa yang sempat terpatri indah di dinding-dinding sukma.

Berbulan sudah aku kehilangan jejak kaki langitmu. Juga suaramu yang menggelegar merupa muntahan lahar. Yang pernah menghangatkan jiwa beku dan mendusinkan rindu yang merupa arca batu.

Jadi, di mana lagi akan kutemu kecipak air telaga menyentuh dada dedaunan, pujaanku? Aku mencintaimu. Dua kata itu pernah kusematkan di antara rintik hujan yang tak kunjung henti berlari. Lalu, sengaja kaujatuhkan hatimu di atas rumput ilalang kering. Sebagai penanda agar aku tak lagi memuja air mata. Juga perih yang katamu tak pantas lagi untuk dikenang sebagai prasasti.

Di mana lagi bisa kita lihat anak-anak angan berlari bebas seperti dulu, kekasihku? Manakala lahan pikir telah diricuhi oleh gulma. Dan, masing-masing dari kita perlahan memutuskan berhenti meneruskan langkah.

Aku merindumu. Masih. Seperti dulu. 

Lalu. Kaubiarkan suaraku jatuh. Ditimpa reruntuhan waktu.

***
Malang, 31 Januari 2021
Lilik Fatimah Azzahra

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun