Perasaan tidak enak pun mulai menghinggapi perasaan saya. Bukankah anak kunci ada pada saya? Masa dokter datang duluan dan mengisengi saya?
Jelas itu tidak mungkin. Dokter selalu datang ke tempat praktik satu jam lebih lambat dari saya.
Kembali ke adegan saling dorong antara saya dan entah siapa. Akhirnya sayalah yang menjadi pemenangnya. Horeeeee...Saya segera menyeruak masuk ke dalam ruangan. Melihat sekeliling.
Huft. Ternyata tidak ada siapa pun. Saya hanya melihat benda-benda mati penghuni ruang praktik.
Baiklah. Meski begitu saya harus tetap berpikir pisitif. Barangkali, bisa saja ada sesuatu yang tadi mengganjal daun pintu.
Tapi, belakang daun pintu---kok bersih? Tidak ada apa pun yang patut saya curigai.
Saya mulai diliputi rasa was-was. Jangan-jangan ruang praktik ini memang ada penunggunya. Dan si penunggu ingin berkenalan dengan saya.
Demi mengabaikan perasaan tidak keruan, saya menyibukkan diri dengan membuka lemari obat-obatan. Memeriksa apakah stok obat-obatan untuk hari ini masih tersedia.
Saat sibuk memeriksa botol-botol obat itulah saya dikejutkan oleh suara derit kursi yang membuat saya menoleh.
Sontak dada saya berdegup kencang. Kursi putar yang biasa diduduki oleh dokter bergerak-gerak sendiri. Ke kanan dan ke kiri. Dan, mata saya sempat menangkap sosok kecil tengah duduk santai di atas kursi putar itu.
Sosok itu jelas bukan dokter!