Rizal yang asyik mengaduk secangkir kopi, tersenyum tipis melihatnya. Gadis itu---ya, Rizal masih suka menyebutnya dengan sebutan "gadis" karena memang perempuan itu sama sekali belum tersentuh olehnya, pasti sangat kesal terhadap dirinya.
"Aku mau kaunikahi karena amanat kedua orangtuaku yang pernah membuat kesepakatan bersama kedua orangtuamu untuk menjodohkan kita," Aruni belum menuntaskan isi hatinya.
"Aku paham itu." Rizal menyahut tenang.
"Kalau paham, mengapa tidak melakukan perlawanan?"
"Sudah kulakukan. Tapi aku kalah. Sama sepertimu, rasa belas kasihku kepada Ayah dan Ibu membuatku harus manut."
"Ah, dasar kau lelaki lemah!"
"Tidak. Justru aku lelaki kuat. Buktinya? Aku tidak melanggar kesepakatan kita untuk...tidak tidur satu ranjang."
"Huh!"
Lalu percakapan terhenti. Seekor cicak yang tengah merayap di plafon rumah, tiba-tiba terjatuh.
***
Rizal menyeruput tuntas kopinya yang tinggal sedikit. Sementara Aruni sejak tadi sudah memasuki kamar tidurnya yang terletak di ruang depan.
Gadis itu---lagi-lagi Rizal menyebutnya begitu, memang keras kepala!Â