Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Topeng

29 November 2019   04:39 Diperbarui: 29 November 2019   05:47 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mbah Karim duduk bertekuk kaki di atas dingklik kecil. Tangannya yang keriput bergerak lincah menggoreskan pisau penatah pada potongan kayu sengon berukuran 8x10 sentimeter. Sesekali ia berhenti, melemaskan jemari tangannya dan menyentuh sigaret tingwe yang sengaja diselipkan di atas cuping telinga kanan.

Ya. Ia hanya menyentuhnya. Tidak berani lebih dari itu. Sejak dokter Puskesmas menasihatinya agar ia berhenti total dari kebiasaan buruk, merokok.

"Kalau tidak berhenti, selain batuknya semakin parah, Bapak bisa terkena serangan jantung," dokter Puskesmas itu berkata serius. Mbah Karim menanggapinya dengan tersenyum kecut. Kalau bukan karena dokter yang menasihati, mana mau ia mendengarkan segala bentuk nasihat? Coba kalau Masiyem--istrinya yang menegur, pasti tidak akan digubrisnya.

Potongan kayu di tangannya mulai memperlihatkan bentuk yang jelas. Sejenak Mbah Karim menggeser duduknya. Menelengkan kepala sedikit. Memastikan apakah letak kedua mata dan bibir yang baru saja diukirnya pada permukaan kayu itu sudah simetris.

"Ngaso dulu, Kang!" suara cempreng Masiyem membuatnya menoleh.

"Sebentar lagi, Yem. Tanggung!" Mbah Karim kembali mengalihkan pandangannya ke arah topeng yang sudah setengah jadi. Dan ketika ia merasakan salah satu mata topeng itu berkedip ke arahnya, barulah ia memutuskan menghentikan pekerjaannya.

***

Galeri sederhana yang terletak di samping rumah, petang itu tampak lengang. Topeng-topeng dengan berbagai ukuran menempel rapi pada dinding yang terbuat dari anyaman bambu.

Lelaki yang pernah menjadi primadona panggung itu tampak sibuk memilah topeng-topeng berdasarkan warna catnya. Topeng berkarakter protagonis--sebagian berwarna lembut dan terang, ia letakkan di bagian dinding sebelah kanan. Sedang topeng berkarakter antagonis--berwarna gelap dan suram ia letakkan di sisi dinding sebelah kiri.

Sebuah topeng dengan senyum mengembang sempat mencuri perhatiannya, membuat mata tuanya berhenti agak lama tertuju pada benda itu.

Tiba-tiba saja ia teringat, topeng itu dulu pernah menghiasi wajah seseorang yang setia menemaninya menari di atas panggung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun