"Beib, apa sih susahnya bilang aku cinta padamu?" perempuan itu merajuk, mengerucutkan bibir hingga beberapa senti.
"Cinta tidak selalu harus dikatakan, Nis," laki-laki gondrong itu menyahut datar sembari mengembuskan asap rokok dari mulutnya.Â
"Menurutku, cinta harus dikatakan, Beib. Sebelum semuanya terlambat," perempuan itu tampak semakin gemas. Ia berpindah duduk. Tepat di hadapan laki-laki yang masih saja asyik menikmati sigaret di tangannya.
"Jangan sampai hingga waktu perpisahan tiba. Dan semua yang tersisa hanyalah air mata, hanya air mata..." perempuan itu mulai mendendangkan selarik lagu milik penyanyi Judika.
"Apaan sih, Nis. Lebay!" laki-laki itu membuang sisa puntung rokok ke dalam asbak. Lalu berdiri. "Aku ada meeting."
Tak ada kecupan. Laki-laki itu berlalu meninggalkan si perempuan begitu saja.
Seekor kucing hitam berkelebat melintas di halaman.
***
Perempuan itu menangkup cangkir kopi dengan kedua tangan. Sesekali pandangannya beralih ke arah pintu. Ia berdiri ketika melihat lelaki gondrong yang ditunggunya muncul.
"Kopiku sudah dingin," perempuan itu menatap si lelaki. Tepat pada titik manik di matanya.
"Kan sudah kubilang, aku sibuk," lelaki gondrong itu menarik kursi. "Kau hanya memesan satu kopi?" matanya beralih ke atas meja.