Ya, benar. Pemberontakan.
Dan bola saljupun mulai bergulir. Kian membesar. Tak terkendali. Terutama saat masing-masing hati mulai meragukan. Saling kehilangan kepercayaan.
Di mana perempuan berhati lembut nan penurut? Kemana perginya laki-laki tempat hati pernah bertaut? Ketika islah tidak lagi menemukan titik temu, adakah tersisa celah bagi dua hati yang telah terkunci dalam ruang bernama putus asa?
Fatimah memilih diam. Mengunci diri di dalam kamar. Menggeluti sepi.
Sementara Abi memilih pergi meninggalkan rumah. Bukankah itu sebuah keputusan paling baik ketika ia merasa tak lagi menemukan cinta di dalam surganya sendiri?
Abi mendesah. Tak perlu berpusing pikir. Ada cinta yang lebih indah tengah menunggunya. Dan ada hati lain yang siap merengkuhnya dalam genggam asmara yang lebih memabukkan.
Bersambung...
***
Malang, 08 Agustus 2019
Lilik Fatimah Azzahra