Kita-- aku dan kamu, hanyalah sekumpulan anak-anak waktu. Terbagi menjadi detik demi detik yang melaju. Mengendap-endap, membeku di dasar palung hati paling jauh; kalbu.
Kita hanyalah sederetan aksara yang sengaja direka ulang oleh sang Maha Karya. Dititikgoreskan menggunakan pena di atas lembar-lembar kertas bernama dunia. Yang bisa saja kelak saat tertiup sangkakala, aksara-aksara itu muspra, melebur hancur tanpa guna tanpa makna.Â
Sia-sia.Â
Tentu saja. Jika diri lebih suka memilih menggembala lupa; bahwa jiwa-jiwa yang terlahir sesungguhnya telah diukir, dipecah menjadi dua. Sedemikian rupa. Vokal dan konsonan. Dua hal yang saling berkaitan, berkesinambungan. Tiada mungkin bisa terpisahkan.
Jadi, mengapa pula kita masih sibuk bertanya-tanya; untuk apa kita berada di sini? Di alam fana yang dipenuhsesaki oleh beragam puzzle dan misteri?
Jawabannya mudah. Hidup ini hanya sementara. Hanya menunggu satu giliran saja; mati.Â
Lalu dari mati kita akan dihidupkan kembali---dan yang ini; abadi!
***
Malang, 22 Maret 2019Â
dari: serpihan suara hati kekasih
Lilik Fatimah Azzahra