Buku kenangan yang kau kirim tadi malam. Telah kubaca sebagian. Bahkan huruf-hurufnya pun, sudah habis kutenggak dan kutelan.
Sini mendekatlah. Biar isinya kukupas ulang.
Pada halaman pertama. Kau tulis tentang indahnya rencana-rencana. Entah untuk siapa. Mungkin untuk kita? Kalau iya. Aku mengamininya.
Pada halaman kedua. Kau bercerita tentang kepergian seorang rimbawan. Yang mengaku bisa saja ia tersesat di tengah perjalanan. Hingga lupa arah jalan menuju pulang.
Tolong dengar aku. Andai rimbawan itu adalah dirimu. Aku tidak akan tinggal diam. Akan kucari keberadaanmu dengan mengendarai kereta awan. Dan saat kau kutemukan, kupaksa hatimu untuk kembali jatuh ke dalam pelukan.
Pada halaman ketiga. Kau bicara tentang wajah purnama yang pias kedinginan. Yang bersembunyi di sebalik hati seorang perempuan. Entah siapa dia. Kau menduga perempuan itu adalah aku? Jika begitu, mari sini. Ada baiknya kita bicarakan ini dari ujung hati sampai kembali ke pangkal hati.
Kau benar! Perempuan itu memang aku. Dugaanmu tepat. Tak salah alamat. Lantas apa yang hendak kauperbuat?Â
Pada halaman keempat. Kutemukan kata-kata bertabur mutiara. Untuk siapa? Bolehkah kuajukan pinta? Andai bisa. Berikan kata-kata indah itu kepadaku saja.
Agar jiwa lemah ini kembali tegar. Agar hati yang sempit ini menjadi jembar. Dan yang utama; agar langkah melintas di jalan yang benar. Tak lagi bingung menyasar-nyasar.
***
Malang, 15 Februari 2019
Lilk Fatimah Azzahra
 Â
 Â