Ibuku, perempuan tua. Bernama Pertiwi. Yang melahirkan begitu banyak anak-anak harapan.
Saat langit menumpahkan hujan tak terperikan, Ibuku berkemas menyiapkan tudung-tudung doa di sepanjang teras rumah. Agar anak-anak asa yang bermain di pelataran. Menepi sejenak. Terhindar dari basah dan kedinginan.
Saat langit memuntahkan terik mentari tak tertahankan. Ibuku menyiapkan kendi-kendi dan tempayan. Berisi air pancuran. Yang diambil dari celah-celah bebatuan pegunungan. Untuk melepas dahaga para lelana. Membasahi tenggorokan mereka. Serta menidurkan mimpi-mimpi yang menggeliat resah.
Ibuku. Perempuan tua bernama Pertiwi. Di antara mata dan hatinya terbentang seutas benang merah. Kasih Sayang. Yang tak pernah lekang. Walau anak-anak bangsa yang diasuhnya, semakin jalang!
***
Malang, 04 Februari 2019
Lilik Fatimah Azzahra