Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cermin | [Bag.1] Fiksi yang Menjelma Menjadi Kisah Nyata

14 Januari 2019   12:50 Diperbarui: 14 Januari 2019   13:00 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: lifestyle.okezone.com

"Benar Mama tidak apa-apa ditinggal sendiri di sini?" anak lanang menatap saya was-was. Suaranya bergetar.

 "Ayo, buruan turun! Mama akan menunggu motor di sini sambil selfi-selfi," bujuk saya. Saya sempat melihat kekhawatiran berlebihan itu di mata anak saya. Dan demi membesarkan hatinya, saya merogoh saku jaket, mengambil tongsis lalu pura-pura merekam gambar di sana-sini sembari tertawa-tawa.

Motor si bapak akhirnya meluncur turun membonceng anak saya. Dari jauh saya mengawasi mereka. Dan saat itulah saya baru menyadari---saya ternyata benar-benar sendiri sekarang!

Dokpri:motor yang ngadat itu
Dokpri:motor yang ngadat itu
Saya mencoba mengingat-ingat lagi. Dalam cerpen Get Solution itu, apa saja yang akan saya lakukan setelah berusaha mencari pertolongan pertama?

Menghubungi seseorang!

Yup. Tokoh 'aku' saat itu memang menghubungi seseorang, yakni Beib-nya. Lalu masalah menjadi beres.

Lah, tapi apa benar semudah itu? Ingat, Buk. Ini bukan fiksi! Ini kisah nyata!

Hei, tak ada salahnya dicoba dulu, bukan? 

Jemari dan mata saya mulai balapan mencari-cari nama yang tersimpan di dalam ponsel. Ada banyak nama silih berganti muncul. Tapi teman yang tinggal di lokasi seputaran Poncokusumo---siapa? 

Tidak ada!

Lalu pikiran melaju secepat kilat pada sosok sahabat lama sewaktu duduk di bangku SMU dulu. Seingat saya dia tinggal di daerah kisaran Poncokusumo. Saya pun mencoba menghubunginya. Berharap-harap cemas semoga saja dia sedang online. Dan semoga pula sinyal di punggung gunung ini baik-baik saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun